Setelah baca buku Jalan Lurus, --Memungut Asa di Sepanjang Jalan Menuju Aqsa- , dimana dalam buku ini Penulis cerita tentang perjalanan ke Tanah Suci yang tak disangka-sangka. Saya pun tergelitik untuk menggoreskan kisah perjalanan yang juga surprise bagi keluarga kami. Tak pernah terbersit sedikitpun dalam pikiran bahwa suatu hari Allah izinkan menapak di Tanah Srilanka.
Perjalanan ini berawal dari roller-coaster umroh yang nyaris gagal karena satu dan lain hal. Pihak travel sudah menginformasikan bahwa keberangkatan kami 50:50. Berhubung kami daftar di waktu yang sudah mepet maka kesempatan berangkat tergantung ada atau tidaknya tiket yang tersedia.
Alhamdulillah di detik-detik terakhir kami mendapatkan info bahwa tiket yang tersedia hanyalah Srilankan Airlines.
Agak keder juga sebenarnya pas tau harus naik masakapai ini. Secara, Srilankan Airlinse jarang terdengar digunakan oleh jamaah umroh. Tapi, rasa was-was tersebut terkalahkan dengan kebahagiaan mendapatkan tiket. Terlebih setelah tanya-tanya om Google maskapai ini jarang bermasalah.
Yo wes lah. Bismillah.
Berbekal tiket print out yang dikirimkan oleh pihak travel, kami menuju Bandara Soekarno-Hatta pada tanggal 31 Mei 2018. Jadwal penerbangan yang tertera sebenarnya sekitar pukul 14.00 WIB, tapi berhubung harus kumpul sama rombongan jamaah setravel maka diminta datang pukul 09.00 pagi. Sekalian briefing singkat sebelum berangkat.
Sekitar pukul 13.00 WIB kami diminta antri untuk boarding. Mengenai proses pengurusanya saya kurang paham karena semua sudah diurus oleh pihak travel.
Alhamdulillah, kurang lebih 2 jam setelah baoarding, kami bisa merasakan duduk dalam burung besi. FYI, baca dari beberapa sumber, maskapai ini adalah salah satu yang masih membreikan harga murah ditengah perang tarif antar maskapai. Recomended lahbuat para traveler dengan budget minimalis.
Kesan pertama saya, cukup speechless liat ruangan pesawat yang luas dengan konfigurasi kursi 2-4-2. Harap maklum yaaa soalnya ini penerbangan perdana ke luar negeri. hehehe.
Kursinya empuk walaupun jarak antar kursi cukup sempit. Tiap-tiap kursi dilengkapi televisi mini dan juga headset yang bisa digunakan untuk nonton, main game, dengar musik, dan yang paling penting penumpang juga bisa melihat posisi terbang melalui layar tersebut.
Siaran yang tersedia kebanyakan versi India dan Western. Kalau mau menikmati hiburan sesuai selera bisa pakai flashdisk pribadi.
Untuk makanan, saat itu tiak tersedia sebab penerbangan siang hari di Bulan Ramadhan.
Pelayan pramugari dan pramugaranya baik dan sering mondar-mandir menanyakan kebutuhan penumpang. Bagi yang membutuhkan, bisa meminta selimut.
Uniknya, pramugari Srilankan Airlines mengenakan pakaian tradisional Sari. Pakaian khas India yang mengekspos bagian perut. Pakaian tersebut akan dilapisi jas lengan panjang ketika mendarat di Bandara Jeddah.
Untuk toiletnya cukup bersih meskipun tidak tersedia air yang bisa digunakan untuk bersih-bersih setelah buang air. Syukur masih tersedia wastafel sebagai jalan ninja. So, jangan lupa bawa botol kosong saat ke toilet.
Setelah menempuh waktu perjalanan kurang lebih 4 jam kami mendarat dengan mulus di Bandarnaike International Airport. Bandara ini terletak di Kota Colombo, ibukota Srilanka.
Berhubung kami penumpang transit yang baru akan melanjutkan perjalanan menuju Jeddah keesokan harinya, maka pihak maskapai memberikan kompensasi. Kompensasi yang didapatkan berupa menginap semalam di salah satu hotel.
Lagi-lagi Alhamdulillah. Ini jadi kesempatan untuk mengenal negara kecil di Samudera Hindia meski hanya sekejap.
Berikut dokumentasi pribadi di Srilankan Airlines
comment 0 Comment
more_vert