Berhubung para artis lagi 'Tiba-Tiba Tenis' jadi kepikiran untuk buat tulisan dengan judul serupa. Flash back, momen 5 tahun silam saat tiba-tiba harus antar si bungsu yang diterima kuliah di Universitas Padjadjaran (Unpad).
FYI, Unpad ini punya dua kampus. Kampus lama ada di Kota Bandung sedangkan kampus baru di Jatinangor. Sejak 2017, kampus Jatinangor ini yang jadi pusat perkuliahan mahasiswa sarjana. Sampingan sama ITB dan IPDN.
Dulunya saya pikir Jatinangor itu masih Bandung. Ternyata eh ternyata, kecamatan ini masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Sumedang. Walaupun sudah pernah dengar namanya tapi tetap saja Sumedang jadi wilayah yang asing bagi diriku selaku produk Sulawesi asli.😃
So, berhubung cuma jadi pengantar, pas si adek sibuk di kampus, bertanyalah daku ke Mba Google seputar wisata atau tempat bersejarah di wilayah Jatinangor dan sekitarnya.
Dari Mba Google dapat satu fakta yang benar-benar baru buatku. Bahwa salah satu pahlawan wanita asal Aceh 'dibuang' dan wafat di Sumedang. Pahlawan terkenal yang selama ini tidak terpikir kalau beliau wafat di tempat yang jauh dari tanah kelahirannya.
Beliau adalah Tjut Nyak Dien. One of my favorite muslimah.
NB "bagi yang mau tes CPNS, ingat-ingat deh soalnya ini pernah masuk jadi salah satu soal tes CPNS"
Modal nekat, langsung cuss cari lokasinya. Berbekal petunjuk bahwa makam sang pahlawan tidak jauh dari alun-alun Sumedang. Waktu itu tahun 2018. Penggunaan g-maps masih belum familiar. Jadi berangkatnya modal GPS (gunakan penduduk sekitar). Kalau lagi jalan sendiri di tempat asing, salah satu tips selalu saya ingat adalah berlagak seolah penduduk lokal.
Dimulai dengan menunggu angkot depan gang Hegarmanah. Pas dapat, bilang sama pak supirnya mau ke alun-alun. Karena tidak ada penolakan dari pak supir, auto yakin kalau tidak salah angkot.
Jalur dari Jatinangor ke Sumedang the real mendaki gunung lewati lembah. Sepanjang jalan adalah area perkampungan yang indah. Namun, di beberapa titik jalan rasanya ngeri-ngeri sedap soalnya lihat ke bawah jurang, tengok ke atas potongan tanah yang nyaris 90 derajat. Ekstrem. Bayangin kalau pas tiba-tiba tanahnya longsor. Naudzubillah min dzalik.
Oh ya, disepanjang jalan banyak terdapat penjual ubi madu Cilembu dan tahu Sumedang.
Alhamdulillah, setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, sampailah ke Alun-Alun Sumedang. Sempat heran pas liat orang rame-rame. Ternyata karena waktu itu hari minggu jadi tempat ini rame pengunjung. Ada yang jogging, senam, atau sekedar jalan-jalan pagi.
Ternyata di Alun-Alun ini juga terdapat Masjid Agung Sumedang. Waktu itu tidak terlalu tampak karena banyak masyarakat yang menjajakan aneka dagangan di depannya. Ada yang jual baju, makanan, mainan, dan lain-lain.
Karena tujuan awal mau ke makam Tjut Nyak Dien jadi masjidnya di lewati dulu. Lanjut ke arah kanan yang terdapat Gedung Negara. Gedung ini merupakan salah satu bangunan dalam Kompleks Museum Prabu Geusan Ulun. Sempat singgah sebentar untuk lihat-lihat.
Di bagian depan terdapat akta wakaf Pangeran Aria Soeria Atmadja yang mewakafkan barang milik pribadi dan barang pusakanya. Naskah ini disebut Banda Kaoela Pitoein. Ditandatangani pada 22 September 1912.
Artikel Asli di SUMEDANG ONLINE
Judul : YNWPS Ingin Tegakkan Amanat Pangeran Aria Soeria Atmadja
Link : https://sumedangonline.com/2018/08/ynwps-ingin-tegakkan-amanat-pangeran-aria-soeria-atmadja/
Penulis : Fitriyani Gunawan
Artikel Asli di SUMEDANG ONLINE
Judul : YNWPS Ingin Tegakkan Amanat Pangeran Aria Soeria Atmadja
Link : https://sumedangonline.com/2018/08/ynwps-ingin-tegakkan-amanat-pangeran-aria-soeria-atmadja/
Penulis : Fitriyani Gunawan
Artikel Asli di SUMEDANG ONLINE
Judul : YNWPS Ingin Tegakkan Amanat Pangeran Aria Soeria Atmadja
Link : https://sumedangonline.com/2018/08/ynwps-ingin-tegakkan-amanat-pangeran-aria-soeria-atmadja/
Penulis : Fitriyani Gunawan
Menariknya, makam ini baru diketahui pada tahun 1959. Sebelumnya disembunyikan oleh Belanda. Tau kan kalau pahlawan wanita ini pengaruhnya luar biasa? Makanya si penjajah dibuat ketar-ketir walaupun sudah 'dibuang' jauh dari tanah kelahirannya. Sampe makamnya pun bikin parno si penjajah. Hadeuh...!
Sekitar 20 m dari makam terdapat Meunasah Cut Nyak Dien. Mushala yang dibangun oleh pemerintah Aceh dengan desain yang unik. Bangunan ini masih bagus dan dapat digunakan oleh pengunjung untuk shalat.
Usai shalat, mampir makan siang di kedai sekitar masjid. Lanjut ke sebuah rumah yang didaku sebagai tempat tinggal Cut Nyak Dien di Sumedang. Sebuah rumah kayu yang desainnya masih mempertahankan model bangunan lama. Di sini terdapat foto-foto dan juga rencong khas Aceh.
comment 0 Comment
more_vert