Cerita
bermula dari seorang pemuda bernama Zaman Zulkarnaen. Diterima secara
"misterius" di sebuah firma hukum bernama Thompson & Co. Firma
hukum tak terkenal namun disebut sebagai legenda hidup dari belantara hukum. Prinsip menjauhi popularitas membuat firma
hukum mereka tak terkenal bahkan sangat sedikit literatur yang membahas tentang
Thompson & Co. Firma.
Berbeda 180 derajat dengan firma hukum lain yang cenderung ingin dikenal. Terletak
di Belgrave Square, Inggris.
Dua
tahun bekerja Zaman mendapat tugas mencari pewaris untuk orang kaya
"misterius" dengan kekayaan 1 M poundsterling atau setara 19 Triliun
rupiah. Sebuah angka yang sangat fantastis. Kasus yang ditangani cukup pelik dan menarik sebab orang kaya yang jumlah
asetnya melebihi ratu Inggris tersebut wafat di sebuah panti jompo dan tanpa
ahli waris. Hanya secarik catatan yang meminta agar Thompson & Co. Firma menangani warisannya
ketika dia telah meninggal.
Yang
menjadi masalah, harta warisan tanpa ahli waris menjadi buruan para heir
hunters serakah. Mereka mencari ahli waris dari keturunan atau kerabat jauh
dengan imbalan meminta bagian 20 %, 40 %, atau bahkan lebih banyak dari ahli
waris buruannya. Ahli waris yang tiba-tiba mendapat uang berlimpah ini juga
tidak keberatan akan hal tersebut. Disinilah terjadi banyak skandal penipuan, impostor,
hingga intrik hukum tingkat tinggi.
Thompson
& Co. Firma adalah kebalikan
dari heir hunters serakah. Bekerja dalam senyap, memiliki
pengacara-pengacar gagah berani dalam membela kebenaran. Bekerja keras
memastikan harta warisan jatuh ke tangan yang tepat tanpa peduli besaran
imbalannya.
Mencari
pewaris Sri Ningsih yang meninggal tanpa catatan menjadi tugas Thompson
& Co. Firma. Sayangnya, tidak ada petunjuk apapun kecuali
bahwa wanita itu berpaspor Inggris, meninggal di Paris bernama khas nusantara
-Sri Ningsih-Pemilik 1% saham di perusahaan raksasa.
Berbekal
sebuah diary tipis yang diberikan oleh Aimee penjaga panti jompo tempat tinggal
terakhir Sri Ningsih, Zaman memulai pencariannya. Diary unik yang menjadi kunci semua kisah hidup
Sri Ningsih.
Juz Pertama . Tentang Kesabaran 1946-1960
Catatan
singkat di juz pertama membawa zaman berpetualang ke Pulau Bungin, Sumbawa.
Pulau nelayan terpadat di dunia. Seperti judul di bab ini, kesabaran Zaman juga
di uji di pulau Bungin. Empat hari menjelajahi Pulau Bungin, menanyai satu
persatu penduduk tentang Sri Ningsih. Hasilnya
nihil. Pagi Hari kelima kesabaran akhirnya berbuah.
Satu
titik terang muncul dari bapak tua bernama Ode. Teman masa kecil Sri Ningsih.
Menceritakan banyak hal tentang keluarga dan berbagai tragedi hidup yang
menempa Sri Ningsih. Hingga akhirnya mereka berpisah ketika Sri Nigsih dibawa
oleh Tuan Guru Bajang ke sebuah pesantren di pedalaman Jawa.
Juz Kedua. Tentang Persahabatan 1961-1966
Catatan
di juz kedua membawa Zaman ke Madrasah Kiai Ma’sum di pelosok Jawa Tengah. Tempat
Sri Ningsih menjalani masa remaja. Masa dimana terjalinnnya sebuah persahabatan
yang berakhir menyedihkan. Penghianatan dan luka yang dipeluk erat oleh Sri
Ningsih. Semua dituturkan oleh Ibu Nur’aini, putri Kiai Ma’sum.
“Hanya Sri Ningsih yang mampu mengenang masa lalu itu dengan damai....Aku tidak pernah melihat wanita sekokoh Sri Ningsih, yang bisa memeluk kejadian semenyakitkan apapun...tidak membenci, tidak mendendam...Hanya dia.”
Keindahan
hati Sri Ningsih menghipnotis siapapun yang bertemu dengannya.
Juz Ketiga. Tentang Keteguhan Hati
1967-1979
Bercerita
tentang kehidupan Sri Ningsih setelah menutup lembaran kelam di Madrasah Kiai
Ma’sum. Sri pindah ke Jakarta dan memulai hidup baru. Menekuni segala
pekerjaan, merintisnya dari bawah hingga akhirnya mendapatkan hasil yang luar
biasa. Berkali bangkit dan jatug, keteguhan Sri teruji oleh putaran waktu.
“Terima kasih atas pelajaran tentang keteguhan. Aku tahu sekarang, pertanyaan terpentingnya bukan berapa kali kita gagal, melainkan berapa kali kita bangkit lagi, lagi, dan lagi setelah gagal tersebut. Jika kita gagal 1000x, maka pastikan kita mencoba 1001 x.”
Prinsip
tersebut membawa Sri Nigsih pada hasil yang memuaskan. Memilki pabrik dan
kehidupan yang jauh lebih baik. Nahas, ketika meniti puncak, ‘hantu’ masa lalu
tiba-tiba muncul dan memaksa Sri meninggalkan semua yang dimiliki.
Juz Keempat. Tentang Cinta 1980-1999
Sri
menjejak kota London tanpa membawa identitas lama setelah mengalihtangankan
kepemilikan pabrik dengan cara jenius. Menjalani kehidupan sebagai sopir bus
kota London dan menajdi anak angkat keluarga India. Menikah dengaan pria Turki
di usia yang tidak muda lagi. Kebahagiaan melingkupi hidup Sri Nigsih.
Namun,
lagi-lagi kesedihan menjadi penyerta. Kehilangan anak, suami, dan kedatangan
kedua ‘hantu’ masa lalu membuat Sri harus kembali meninggalkan Kota London dan
segala cerita indahnya. Pergi secara misterius, meninggalkan orang-orang yang
terlanjur sayang padanya.
Juz Kelima. Tentang Memeluk Semua Rasa
Sakit 2000-....
“Ibu, Bapak, bagaimana agar kita bsia
berdamai dengan begitu banyak kejadian menyakitkan? Bagaimana jika semua hal
menyesakkan itu ibarat hujan deras di tengah lapangan, kita harus melewati
lapangan menujun tempat berteduh di seberang, dan setiap tetes air hujan
laksana setiap hal menyedihkan dalam hidup? Bagaimana agar Sri bisa bisa tiba
di tempat tujuantanpa terkena satu tetes airnya?
Sri sekarang tahu jawabannya. Yaitu
justru dengan lompatlah ke tengah hujan, biarkan seluruh tubuh kuyup. Menarilah
bersama setiaap tetesnya, tarian penerimaan, jangan pernah dilawan, karena
sia-sia saja, kita pasti basah.”
Catatan singkat di akhir diary Sri membawanya pada akhir
hayat yang penuh kedamaian di Kota Paris. Pergi untuk selamnya dengan kenangan manis di hati
setiap orang. Zaman akhirnya bisa menemukan teka-teki pewaris Sri Ningsih.
Bagian akhir buku ini dibumbui oleh intrik heir
hunters serakah yang diutus oleh
‘hantu’ masa lalu yang terus memburu kehidupan Sri.
Novel Tentang Kamu
mengajak kita belajar dari Sri Ningsih tentang sabar, kerja keras, cinta, dan
penerimaan atas segala takdir kehidupan. Untuk hal-hal indah tapi berakhir
menyedihkan, Tere Liye menyuguhkan sebuah konsep penerimaan yang indah
"Aku tidak akan menangis karena sesuatu itu telah berakhir tapi aku akan
tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi." (Hal. 286)
Nilai plus dari karya-karya Tere Liye bagi saya adalah sisipan pengetahuan dalam rangkaian ceritanya. Dalam buku ini Tere Liye menyajikan informasi tentang Y2K atau millenium bug, PKI, daftar perkampungan nelayan yang padat dan kumuh di dunia, Kerbau Sumbawa, juga asal mula istilah pedagang kaki lima.
Saya pribadi merasa cukup unik melihat dua nama yang disebutkan Zaman ketika berada di Pulau Bungin. Sopir bernama La Golo dan bapak tua bernama Pak Ode. La dan Ode merupakan awalan nama khas suku saya yaitu suku Muna Buton. La disematkan didepan nama laki-laki sedangkan Wa disematkan di depan nama perempuan. Pada beberapa kalangan setelah La dan Wa ditambahkan ''Ode''.
comment 0 Comment
more_vert