Penulis : Edgar Hamas
Penerbit : Pro-U Media
Tahun terbit : 2020
Saya "menyesal" sebab ketika Allah beri kesempatan menapakkan kaki di Madinah, pengetahuan saya tentang tanah ini sangat lah sedikit. Padahal, Tanah Nabawi diguyur oleh berjuta keistimewaan dan hikmah bertebaran di segala sisinya. Ialah tempat yang menyimpan jasad manusia-manusia istimewa beserta seluruh kisah hidup nan melegenda. Sejarahnya sanggup menjadi cermin tentang bagaimana kehidupan seorang muslim ideal mulai dari pribadi, masyarakat, hingga negara.
Sayangnya, keistimewaan Madinah tidak akan begitu terasa saat kita hanya pergi tanpa bekal pengetahuan memadai tentang tanah tersebut. Hal itu pula yang saya rasakan. Madinah dalam pemahaman saya saat itu ‘sekedar’ tempat dimana ada Masjid Nabawi, ada makam Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam dan pengetahuan umum semata.
Nah, melalui buku Berkah Madinah Penggerak Sejarah, penulis mengajak kita melihat lebih dekat Tanah Madinah melalui serangkaian pengalaman yang didapatnya ketika menimba ilmu di Universitas Islam Madinah. Jadi, buku ini tak bertutur layaknya buku sejarah yang kaku. Namun, lebih terasa seperti cerita pengalaman seorang traveler. So, tidak perlu khawatir akan mengalami kebosanan saat menekuri lembar demi lembarnya.
Penulis pada bagian awal
telah mewanti-wanti bahwa “di buku ini, saya tidak ingin membahas Madinah
lewat sudut pandang yang sudah banyak ditulis oleh traveler dan para ustaz.
Saya hanya ingin bercerita tentang mutiara-mutiara Madinah yang belum tergali,
belum sempat terjamah, dan bahkan terlupakan. Madinah ini adalah kota spirit
penuh energi, dan akan mengalirkan energinya untukmu, walau kamu belum sampai
ke sini.”
So, bagi pembaca yang telah lama memendam
kerinduan pada Tanah Madinah, buku ini ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi
bisa memupus dahaga tentangnya, disisi lain menjadi pelecut untuk semakin
menggiatkan pinta dan ikhtiar agar Allah mampu kan menapak di tanah suci-Nya.
Dalam buku setebal 200
halaman ini, Edgar Hamas selaku penulis buku memaparkan sisi-sisi yang
ditemuinya selama di Madinah. Mulai dari percampuran bangsa-bangsa dari
berbagai negara. Interaksi unik antar berbagai latar belakang bangsa yang
berbaur dalam riuhnya tanah Madinah.
Penulis juga menyajikan
cerita tentang beberapa wilayah sekitar Nabawi dengan pemaparan yang jarang dapat kita temui di buku
lain. Misalnya bagaimana hubungan antara kisah Rasulullah dilempari oleh
penduduk Thaif dengan kondisi India, Pakistan, Bangladesh hari ini. Juga tentang
perkuburan Baqi yang melegenda hingga sudut-sudut Raudhah nan penuh berkah.
Campur aduk perasaan
ketika membaca buku ini. Ada rindu yang semakin membuncah, ada kagum yang
menggema akan keluhuran peradaban generasi terdahulu, juga sedih yang
mengentak pada beberapa bagian. Salah satu bagian sedih adalah ketika penulis
mengisahkan tentang kawan-kawannya dari Turkmenistan Timur atau yang lebih
dikenal dengan nama Uighur atau Xinjiang.
‘Rindu bagi Nassar punya arti berbeda. Rindu baginya tak punya batas dan tak punya defenisi. Dia merindu keluarganya nan jauh di Turkmenistan Timur, tetapi bedanya kerinduan itu tak pernah terobati hingga 3 tahun lamanya. Tiga tahun tanpa kabar, tanpa berita, dan tanpa ada kepastian.”
Sesak rasanya. Terlebih kondisi
mengenaskan tersebut tidak hanya dialami oleh saudara-saudara muslim kita di
Xinjiang tetapi juga terjadi di beberapa negeri muslim lainnya. Tak bisa
dipungkiri, umat muslim hari ini tengah terpuruk dalam berbagai sisi.
Salah satu sebabnya adalah
umat ini sedang melupakan keagungan sejarahnya. Kita bisa mulai belajar dari
Madinah. Sebuah tempat yang menjadi saksi sejarah tentang bergeraknya kaum
muslim menuju peradaban gemilang. So, mari menyelami berkah tanah Nabawi. Jika belum
bisa secara langsung maka membaca buku ‘Berkah Madinah Penggerak Sejarah’ bisa
jadi titik awalnya.
comment 0 Comment
more_vert