➤Deskripsi
Judul: Janji
Penulis: Tere Liye
Tahun terbit: 2021
➤Review
Novel Janji dibuka dengan sebuah
tragedi saat kunjungan “tamu agung pesantren”. Pelakunya adalah tiga
santri ‘buangan’dari keluarga-keluarga bermasalah –Baso, Kaharuddin, Hasan- .
“Tragedi tamu agung” menjadi satu diantara kenakalan yang dilakukan ketiganya
dengan tujuan agar dikeluarkan dari sekolah.
Alih-alih dikeluarkan, mereka
justru mendapat tugas misterius. Mencari sosok yang diusir dari pesantren 40
tahun sebelum mereka. Santri tersebut bernama Bahar. Seseorang yang juga
dikenal nakal pada saat menjadi santri. Sayangnya, kepergian Bahar justru
menimbulkan teka-teki pelik bagi Kiyai saat itu. Teka-teki yang pada akhirnya
ingin dituntaskan oleh Buya. Buya merupakan anak dari Kiyai yang mengusir
Bahar.
Berbekal nama dan sedikit catatan
tentang Bahar, ketiganya mulai melakukan pengembaraan. Melacak jejak demi jejak
yang mungkin pernah disinggahi oleh Bahar. Dalam pengembaraan inilah penulis memasukkan
pesan-pesan pada pembaca sebagaimana ciri khas Tere Liye. Melalui kisah hidup
seorang Bahar, ada banyak hikmah yang bisa dicecap oleh pembaca.
Membaca Janji
mengingatkan pada alur Tentang Kamu yang juga karya Tere Liye. Dimana petunjuk
selalu datang di detik-detik terakhir pencari ingin menyerah. Menyusuri jejak
tentang Bahar sama dengan menyusuri jejak tentang Sri Ningsih. Berbekal cerita dari
orang-orang yang pernah mengenalnya, Bahar dan Sri Ningsih memberikan banyak
pelajaran berharga.
Hikmah kehidupan apa yang bisa
dipetik dari perjalanan hidupnya?
Teka-teki apakah yang disimpan
oleh ayah Buya?
Temukan jawabannya dalam rangkaian lika liku mencari Bahar.
Berikut beberapa kalimat-kalimat berharga dalam novel “Janji” :
“Semoga
perjalanan mengjarakna banyak hal kepada kalian. Orang-orang terbaik di muka
bumi selalu melakukan perjalanan. Melihat dunia luas”. (Hal. 40)
“Di luar
sana orang-orang kadang lupa bagaimana memperlakukan tetangga. Sebaliknya, kau
selalu menghormati tetangga, membantunya saat mereka kesulitan, memberikan
toleransi saat mereka menggangumu, dan tidak memasukannya ke dalam hati saat
mereka membencimu.” (Hal. 229)
"Bahar
memang selalu memeluk erat kehidupan yang tidak kosong itu" (295)
"Aku
ingat sekali tahanan yang satu itu. Sungguh aku belajar banyak darinya. Bahkan
aku memutuskan berhenti menjadi sipir persis saat dia bebas" (313)
"Masa
adaptasi tidak seindah teorinya. Kapasitas penjara yang terbatas, suap-menyuap
dan praktis kotor lainnya membuat ruang penampungan menjadi titik pertama
jual-beli fasilitas" (324)
"Dia
selalu menyayangi orang-orang lemah dan teraniaya. Lima tahun tersebut, aku
menyaksikan. Betapa kokohnya dia melakukan itu. Apapun harganya." (338)
"Bahrun
adalah Bahrun. Dia selalu spesial.” (464)
"Kita selalu bisa memilih, bersabar atau marah. Bersyukur atau ingkar. Bahkan saat situasi itu memang menyakitkan, boleh jadi tetap ada kebaikan disana. Dan orang-orang yang memang sabar dan bersyukur, dia akan memilih mengingat hal-hal yang baik dibandingkan yang menyakitkan." (Hal. )
comment 0 Comment
more_vert