MASIGNALPHAS2101
7425642317624470382

Mangrove Hijau dan Hutan Biru

Mangrove Hijau dan Hutan Biru
Add Comments
Minggu, 21 Juli 2024

Pada satu malam nan cerah Rabu (16/08/2023), Penulis merasakan Agustus yang berbeda di Kecamatan Wakorumba Selatan, Kabupaten Muna. Jika selama ini kegiatan Agustusan identik dengan lomba olahraga dan seni, kini mereka yang memiliki kemampuan bermain kata mendapat kesempatan yang sama untuk turut unjuk kebolehan.

"Di malam puncak 17 Agustus nanti, kita juga akan mengadakan lomba Baca Puisi tentang Mangrove. Lomba ini diselenggarakan oleh Yayasan Hutan Biru." ucapan sang pewara membuka rangkaian acara malam Agustusan.

Yang pertama kali terbayang dalam otak Penulis terkait Mangrove adalah kondisi tumbuhan ini di Pulau Munante. Pulau yang dulu menjadi destinasi wisata favorit masyarakat Muna Timur. Hamparan pasir putih dan gradasi warna laut hijau biru menjadi perpaduan yang sanggup memanjakan mata. Juga jejeran mangrove nan hijau seakan menjadi pagar alami bagi padang ilalang di tengah pulau. 

Namun, kini keindahan tersebut tersisa dalam ruang-ruang memori masa silam. Pengerukan pasir yang terjadi beberapa tahun belakangan telah menghabisi habitat Mangrove. Hamparan tumbuhan hijau yang dulu berdiri di atas pasir, kini tersisa segelintir dan harus bertahan hidup di atas hamparan sampah.

                                                        Sumber : Dok. Pribadi

Dari sinilah tercipta sebuah puisi sederhana yang menjadi satu-satunya peserta lomba. Berawal dari sini pula Penulis mengenal Yayasan Hutan Biru atau Blue Forest.  

Selayang Pandang Tentang Yayasan Hutan Biru

Dilansir dari laman resmi Blue Forest, Yayasan Hutan Biru (YHB) atau Blue Forest memiliki visi menyediakan lingkungan yang sehat untuk menciptakan masyarakat dan lingkungan yang risilian, mengalir dari atas ke tengah lalu ke bawah seperti aliran sungai. 

Visi ini dijabarkan oleh Direktur Blue Forest Rio Ahmad dalam sesi Webinar dan Pelatihan Jurnalistik Mangrove Muna dan Muna Barat. “YHB menahbiskan diri bekerja di wilayah pesisir dan daerah aliran sungai. Pesisir maupun sistem lain sangat bisa dipengaruhi oleh perubahan. Perubahan ini bisa membawa kebaikan bagi masyarakat dan ekosistem atau malah semakin terdegradasi.”

Mengusung misi penyelesaian masalah secara lokal ke global ke lokal, YHB melakukan pendekatan melalui pengetahuan dan pengalaman masyarakat lokal. Hal ini kemudian diinteraksikan dengan pengetahuan global sehingga pada akhirnya mampu merumuskan aksi lokal. 

"YHB bersama para pihak termasuk masyarakat dan stakeholder sangat mendorong upaya-upaya penyelesaian masalah secara partisipatif. Isu-isu pesisir dan daerah aliran sungai kita coba mendalami masyarakatnya, menganalisa, dan membuat uji coba untuk menyelesaikan masalahnya.” ujar Rio Ahmad.

YHB bertransformasi dari dua entitas terdahulu yakni Yayasan Akar Rumput Laut di tahun 2001,  menjadi Mangrove Indonesia Action Project 2006, dan Blue Forest pada tahun 2011. Selama kiprahnya, YHB telah merestorasi 2189 hektar mangrove, 72.500 sekuestrasi karbon pertahun, restorasi 45 desa, serta +75.000 kebermanfaatan lanjutan.  

Giat Yayasan Hutan Biru (YHB) Untuk Mangrove Di Muna dan Muna Barat

Cerita tentang Pulau Munante hanyalah satu diantara banyak tempat yang telah mengalami kehilangan Mangrove. Di Muna dan Muna Barat terjadi penurunan lahan Mangrove yang disebabkan oleh berbagai hal diantaranya alih fungsi lahan Mangrove menjadi tambak, penebangan, pengrusakan habitat hidup, dan sampah.  

Pengalihfungsian lahan Mangrove yang terus meningkat dari tahun ke tahun membawa YHB ke Muna dan Muna Barat. Kepada Monika, salah satu Tim YHB yang bertugas di Muna bagian timur, Penulis menanyakan alasan mengapa dua wilayah ini yang dipilih sebagai lokasi kegiatan. 

"Sebelum kita masuk ada asesmen awal namanya. Jadi, beberapa tempat kita survei apakah kondisi Mangrove nya masih aman atau sudah tidak baik-baik saja. Dari beberapa lokasi yang kita asesmen terpilih lah tujuh lokasi itu. Kondisi Mangrove di wilayah tersebut sudah mengalami penurunan. Ada yang dijadikan tambak dan juga penebangan." ujarnya

Apa yang disampaikan oleh Monika sejalan dengan pemaparan Anastalia selaku Site Coordinator Project Yayasan Hutan Biru di Muna dan Muna Barat. Dalam sesi Webinar Mangrove dan Pelatihan Jurnalistik, Ia menuturkan bahwa di Muna sejak tahun 2002-2022 terjadi penurunan lahan Mangrove sebesar 32%. Sedangkan Muna Barat dalam kurun dua dekade tersebut mengalami penurunan 15%. 


Atas kondisi tersbut Tim YHB melaksanakan beragam kegiatan dengan melibatkan masyarakat.  Siska (27) mengungkapkan pengalamannya ketika menjadi salah satu peserta dalam berbagai kegiatan Yayasan Hutan Biru.

“Untuk kegiatan Blue Forest yang pernah saya ikuti di Muna khususnya Muna Timur ada banyak. Pertama saya ikut itu Pendidikan Lingkungan Hidup. Di sekolah pelajarannya tentang pengamatan ekosistem Mangrove kemudian tentang pencegahan penggunaan sampah plastik. anak-anak diberikan pemahaman tentang bahaya penggunaan sampah plastik.”

Siska yang saat ini berprofesi sebagai guru SMPN 1 Wakorsel mengungkapkan jika YHB juga melakukan pembinaan kepada guru-guru di tiga wilayah Muna Timur. “Terus kemudian kita guru-guru itu untuk di tiga wilayah Wambona, Batukara, Pure diberikan pelatihan tentang ekosistem Mangrove dan pengelolaan sampah plastik.”

Bukan hanya di dalam ruangan, kegiatan juga berlangsung di luar ruangan. Peserta secara langsung diajak melakukan rehabilitasi Mangrove di tiga wilayah sasaran. “Setelah itu kami juga pernah rehabilitasi mangrove di tiga wilayah yaitu Labunia, Wambona, dan Baluara. Rehab ini bertujuan memperbaiki ekosistem Mangrove yang telah rusak akibat ulah manusia itu sendiri. Olehnya itu Blue Forest mengadakan rehab.”

Selain PLH, YHB juga mengadakan kegiatan Sekolah Lapang. Sekolah Lapang menyasar masyarakat umum yang hidup berdampingan dengan bakau. “Dan ada juga sekolah lapang. Sekolah lapang ini sasarannya para ibu-ibu dan bapak-bapak yang ada di tiga lokasi. Sekolah lapang ini konteksnya pemberdayaan masyarakat.” ujar Siska

Sebagai peserta yang terlibat langsung dalam rangkaian kegiatan YHB, Siska menuturkan bahwa ada begitu banyak manfaat yang didapatkan setelah mengikuti kegiatan.

“Banyak sih kak, tentunya ilmu yang mungkin selama ini taunya Mangorve hanya tumbuhan biasa namun setelah ikut beberapa kegiatan dari Yayasan Hutan Biru tahu ternyata Mangrove adalah tempat yang sangat penting untuk makhluk air. Seperti tempat tinggal untuk makhluk air, sumber makanan untuk makhluk air, dan mencegah abrasi.” pungkasnya.

Kegiatan Yayasan Hutan Biru juga berdampak pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Daerah pesisir yang kaya akan tanaman kelapa, jadi media pengajaran untuk meningkatkan kesejahteraan. Salah satunya melalui pengajaran pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO). Produk yang mengandung manfaat dan memiliki harga jual tinggi.

Giat yang dilakukan oleh YHB mendapat apresiasi dari pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam salah satu sesi Webinar dan Pelatihan Jurnalistik Mangrove, Laode Yulardi Junus selaku Kepala Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan Provinsi Sultra mengungkapkan harapan agar dapat mereplikasi pola pengelolaan Mangrove yang dijalankan oleh YHB.

Kami dari dinas dan KKMB sangat terbantu dengan hadirnya YHB hari ini. Kami sangat berharap dan mendorong semoga program ini berhasil. Nanti ini bisa menjadi contoh bahwasanya pengelolaan Mangrove yang tepat seperti itu. Karena di tingkat masyarakat lebih gampang bicara kalau ada contoh dibanding cuma berteori.”


Lebih lanjut, Laode Yulardi mengakui kurangnya SDM dan pengetahuan menjadi salah satu hambatan dalam pengelolaan Mangrove yang optimal, "Berharap teman-teman YHB dengan kerja-kerja lapangannya bisa kami replikasi. Kami menyadari diri kami sendiri kekurangan SDM sehingga pendekatan pada kelompok tani Mangrove belum optimal."

Mangrove Aman, Manusia Nyaman

Setelah menyimak pemaparan saat Webinar dan Pelatihan Jurnalistik, Penulis dapat menyimpulkan bahwa kondisi Mangrove di Indonesia termasuk Muna dan Muna Barat sedang berada dalam kondisi mengkhawatirkan. Keberadaan YHB menjadi angin segar untuk keberlangsungan hidup Mangrove. Kita bisa mengambil langkah dengan bergandeng tangan demi kenyamanan hidup kedepan. Satu hal, yang harus menjadi pemahaman bersama bahwa merusak Mangrove sama dengan merusak kehidupan.