Deskripsi
Penulis
: Marfuah
Panji Astuti (Mba Uttiek)
Penerbit
: Lembaga Kemanusiaan
Syam Organizer
Tebal
: 152 halaman
Tahun terbit
: Agustus 2019
Review
Journey to Aqsa-
Catatan di lembar awal buku tersebut semakin melecut keinginan untuk berkelana di bumi-Nya. Salah satunya ke tanah Palestina. Terlebih di halaman belakang buku ini terdapat sinopsis bahwa Al-Aqsa menanti untuk dikunjungi “Kabarkan pada saudaramu untuk datang kemari. Mereka hanya memusuhi kami. Masjid ini aman. Masjid Al Aqsa aman karena Allah yang menjaganya.” Emot nangis.
Melalui buku ini pembaca
diajak untuk melihat bagaimana kehidupan saudara-saudara muslim kita di tanah
bersejarah tersebut. Mereka yang terusir, dimiskinkan, hingga dipersulit
menempuh pendidikan.
Ada banyak cara yang dilakukan Israel untuk merampas tanah milik orang Palestine. Dari cek yang bisa diisi sendiri angkanya. Hingga akhirnya bulldozer paksa jika tak mempan juga. Sekalipun itu Tanah Air-nya, tapi penduduk Palestine hanya mempunyai semacam izin tinggal yang harus diperbarui setiap tiga tahun. (Hal. vi)
Sepanjang perjalanan penulis
melintasi banyak kawasan demiliterisasi yang dijaga ketat oleh tentara
bersenjata lengkap. Untuk masuk ke tanah Palestine harus melalui border dengan check
point. Orang-orang yang pernah melewati tempat ini punya pengalaman
berbeda-beda. Ada yang dilarang masuk sebab membawa Al-Quran, HP yang disita
sebab menyimpan gambar yang menunjukkan keberpihakan pada Palestina, bahkan ada
yang ditahan tanpa alasan.
Meskipun kini tanah Palestina tengah diduduki oleh Israel namun keberkahan tetap menaungi tanah yang pernah dibebaskan oleh Umar Bin Khaththab ini. Salah satu buktinya bisa kita temui di Jericho yang terkenal dengan hasil bumi berupa buah dan sayuran. Ada pula pemandangan unik yang dipaparkan Mba Uttiek saat melintasi jalanan kota Jericho.
“Pohon pisang yang butuh banyak air tumbuh di sisi kiri jalan, sedang di kanan jalan pohon kurma yang butuh panas matahari berbuah lebat.”
Pemandangan kota Jericho
menjadi sedikit penghibur sebelum menyaksikan kawasan pemukiman orang Israel (settlements) bergaya minimalis modern
dilengkapi pemanas, AC, serta fasilitas umum mewah. Berbeda 1800 dari kamp-kamp
pengungsian warga Palestina yang lusuh dan kumuh. Tak cuma kawasan tempat
tinggal yang membuat miris tapi juga tembok pembatas sejauh 844 km. Tembok ini
merenggut semua hak-hak rakyat Palestine.
Tanah Palestina yang kini
diduduki oleh Israel menyimpan jejak sejarah manusia-manusia mulia. Ada Masjidil Aqsa, Masjid tempat Umar bin Khaththab menerima kunci Baitul Maqdis, tempat yang ditempati oleh
Khalid bin Walid saat melakukan futuhat, makam Rabiah Al Adawaiyah, Masjid Nabi
Musa, Makam Slaman Al Farisi, jejak Shalahuddin Al Ayyubi, tempat imam Al
Ghazali menyelesaikan kitab fenomenal Ihiya Ulum Ad-Dinn.
Ah, semua jejak itu
rasanya semakin menambah keinginan untuk menapakkan kaki di Bumi Palestina. Biar lebih yakin, ini hadis yang
perlu dipikirkan “Tidak dikerahkan
melakukan suatu perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Al Haram
(di Mekkah), dan Masjidku (Masjid An Nabawi di Madinah), dan Masjid Al Aqsha
(di Palestina).” (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
Rdhiyallahu ‘Anhu). (Hal.
viii)
comment 0 Comment
more_vert