Pemateri : Ustadz Anton Ismunanto
Lokasi : Teras Dakwah, Yogyakarta
Peradaban dan kebudayaan adalah dua hal yang sangat erat kaitannya. Ada banyak pendapat tentang mana yang lebih tinggi diantara keduanya. Aada yang beranggapan peradaban lebih tinggi dari kebudayaan, ada pula yang menganggap sebaliknya. Pendapat lain menyatakan bahwa kebudayaan adalah ide, sedangkan bentuk fisik dari sebuah ide itulah yang disebut sebagai peradaban. Dalam Islam kebudayaan diartikan sebagai tsaqafah sedangkan peradabaan diartikan sebagai madaniyah .
Pada kenyataannya tidak semua kebudayaan kemudian
berkembang menjadi peradaban kecuali disana ada budaya ilmu. Dengan adanya budaya ilmu segala sisi
kehidupan akan menjadi lebih baik. Budaya ilmu
menghasilkan sebuah system nilai yang berkembang dan hal ini menjadi
ciri khas masyarakat tersebut.
Apakah yang dimaksud dengan budaya ilmu?
Budaya ilmu merupakan sebuah system masyarakat dimana
semua semua aspek yg berkembang dimasyarakat dipengaruhi oleh ilmu. Budaya ilmu
nilai intinya adalah ilmu. Ilmu itu nilai paling tinggi bagi masyarakat
prioritas sehingga segala aktivitas masayrakatnya berkaitan dengan proses
pengembangan ilmu. Mempertahankan, mengkaji, mengajarkan, mengoreksi, termasuk
politiknya berpijak pada ilmu. Jika perkembangan pesat tersebut ditopang oleh
orang-orang yang benar-benar perduli pada ilmu maka akan terbentuk knowledge society. Budaya ilmu mampu
mengubah masyarakat berbudaya rendah menjadi sebuah peradaban yang tinggi.
Di dunia Islam, para penguasa menjadi orang yang
sangat senang mengoleksi buku. Sedangkan orang-orang kaya berlomba membiayai
proses penggalian ilmu. Ulama yang mampu mengarang buku akan menerima
kompensasi berupa emas seberat buku yang ia tuliskan. Sedangkan orang-orang
awam sangat mencintai ahli ilmu.
Bumi ini menjadi saksi begitu banyak
kebudayaan-kebidayaan yang silih berganti, ada yang tinggi, ada yang rendah,
ada yang komplit, ada pula yang terbatas. Jika kita melihat peradaban-peradaban
sejak saat Rasulullah Muhamad Shallahu Alaihi wasallam diutus, maka ada 4
kondisi peradaban dunia :
1. Punah
dan runtuh tanpa meninggalkan jejak seperti kota Aramic yang digambarkan dalam
Al Qur’an
2. Runtuh
namun jejaknya masih ada seperti Yunani.
Peradaban ini diperkirakan berkembang sekitar tahun 500 SM dengan salah satu
tokohnya yang terkenal yaitu Aristoteles
yang sudah membagi ilmu filsafat menjadi 2 yaitu filsafat teoritik dan filsafat praktik.
3. Ketika
Rasulullah diutus ada 2 kekuatan besar yaitu Romawi dan Persia yang
kemudian setelah Islam berkembang
keduanya mengalami keruntuhan. Jazirah Arab berada diantara 2 kekuasaan besar
ini dimana kepala sisi kanan Romawi sedang
kepala sisi kiri Persia.
4. Peradaban
yang masih bertahan hingga saat ini yaitu Cina dan India. Bahkan kini Cina membuat Amerika
Serikat kewalahan dengan hegemoni ekonominya yang semakin berkembang.
Bagaimana dengan peradaban Islam?
Kurang lebih sama
tapi ada bedanya. Dalam Islam peradaban dinisbatkan pada kata hadharoh, dan
madaniyah. Syed Naqib Al-attas
menggunakan kata tamadddun dari
kata madinah yang sumbernya dari kata din. Ketika orang sekuler menggunakan
konsep “sekuler city” yaitu dengan menafikkan peran Tuhan maka saat itulah
masyarakat bisa maju. Rasulullah justru hal paling awal yang dilakukan
ketika pindah ke Yastrib atau Madinah
adalah membentuk masyarakat yang beragama.. Agama menjadi asas peradaban.
Lalu, bagaimana hubungan Islam yang mendasarkan
peradaban pada agama dengan sekuler yang mengatakan asas peradaban adalah ilmu?
Islam itu agama ilmu. Seseorang tak mungin berIslam
dengan baik tanpa ilmu. Iman tak kan sempurna tanpa ilmu. Sejak awal agama
Islam dibangaun dari fondasi ilmu. Dalam Al Qur’an, kata ilmu muncul
sekitrar 770 kali. Menjadi kata
terbanyak ke tiga setelah Allah dan Rabb. Maka tak heran jika seorang orientalis mengatakan bahawa “generasi awal umat Islam adalah generasi “greedy
of knowledge“ atau rakus terhadap ilmu. Hal
inilah yang kadang disalahpahami
oleh umat Islam hari ini. Dimana para Sahabata Nabi hanya dicirikan dengan akidah yang kuat,
berani, berakhlak mulia. Tidak salah tapi luput dalam satu kata yaitu “rakus” terhadap pengetahuan.
Berbicara masalah ilmu, tak hanya para Sahabat saja
yang memiliki sifat “rakus” pada ilmu namun juga terus berlanjut pada genersai
setelahnya yaitu para ulama. Fenomena ulama mencari ilmu bisa dibaca di salah
satu Buku karya Syaikh Abdul Fattah Abu Ghudaah yang judulnya “Kesabaran Ulama”
diantara isisnya menceritakan tentang ahli hadist yang dikenal sukanya mondar
mandir. Kalau dihitung-hitung, ada seorang ahli hadist yang jaraknya mencari hadist 2 x keliling
bumi. Ada yang meminum air kencingnya ketika melintasi gurun pasir, bahkan ada
yang sampai kecing darah.
Karena Islam punya kekuatan ilmu maka ketika Islam
masuk di sebuah wilayah maka terjadilah asimilasi. Islam memberi warna
pada wilayah yang ia masuki. Peradaban
Islam kata kuncinya agama lalu ilmu. Meskipun puncak peardaban bisa ditandai
dengan peradaban fisik tapi peradaban Islam ditandai dengan 2 hal yaitu ilmu
dan amal.
Allah memilih jazirah arab sebagai tempat turunnya risalah Islam.
Sebuah masyarakat yang tidak memeiliki
iklim intelektual untuk kemudian Islam mengubahnya secara drastis menjadi masyarakat dengan standar ilmu dan moral yang
tinggi. System nilai masyarakat berbudaya ilmu diantaranya :
1. Ilmu
dicari bukan semata karena mnegantarkan pada kebaikan tapi ilmu itu sendiri
adalah kebaikan
2. Ilmu
mengantarkan pada keabadaian. Imam Syafii meninggal tahun 205 H atau 805 M
namun samapai sekarang masih menjadi rujukan
dalam memahami Al-Qur’an.
3. Dalam
pandang Islam. Ilmu itu dicari, dikembangkan sepanjang zaman. Dalam Islam tak
ada hak cipta dan klaim terhadap sebuah karya.
4. Belajar
tanpa batas. sejak dalam buaian hingga keliang lahat.
5. Kepemimpinan
dibangun diatas ilmu bukan diatas citra. Ada sesuatu yang hilang di masyarakat
Islam ketika budaya ilmu hilang yaitu lahirnya para pemimpin jahil.
6. Kelebihan
umara yaitu menggambungkan ilmu dan amal.
Adapaun
cara penerapan budaya ilmu yaitu :
1. Falsafah
pembangunan negara dibangun diatas ilmu.
2. Tokoh
utama yang sering disorot ulama dan guru.
3. Ilmuwan
dan guru harus dekat dengan masyarakat awam. Kebalikannya ketika yang menjadi sorotan utama
kehidupa adalah para artist itu artinya budaya ilmu tengah
redup
4. Ketika
masyarakat berbudaya ilmu maka kualitas penerbitannya sangat bagus. Buku-buku
yang beredar adalah buku-buku berkualitas.
Tantangan dalam budaya ilmu diantaranya :
1. Budaya
politik yang berorientasi pada kepentingan
2. Budaya
ekonomi yang berorientasi pada keuntungan
3. Budaya
hedonisme yang berorientasi pada kesenangan
4. Budaya
pop yang berorientasi pada ketenaran
Ke empat nya sangat dominan saat ini. Hari ini baik di
kalangan akademis maupun ilmu populer ada banyak pernyataan yang bisa
menghancurkan dan merontokkan akidah. Contoh pernyataan semua agama baik
ataupun syariat itu terbatas dan tidak lagi relevan dengan zaman sekarang. Hal ini bisa mengikis worldview kita sebagai
umat Islam.
Berbicara tentang worldview barat bukan menunjuk arah mata angin, bukan pula Negara yang ada
di barat. Barat yang dimaksud adalah peradaban yang punya worldview dan tradisi
ilmu barat sebagai sebuah peradaban yang dibentuk dari proses panjang oleh
unsur yang sangat kaya.
Al-Attas mendefenisikan
peradaban barat sebagai berikut :
1. Dibentuk
oleh filsafat, etika, dan pendidikan Yunani.
2. Barat
itu dipengaruhi oleh hukum, ketatanegaraan, dan kemiliteran Romawi
3. Dibentuk
agama-agama Asia Barat yaitu Yahudi dan Nasrani.
4. Kebudayaan-kebudayaan
lokal tidak hilang, seperti kebangsaan, kebebasan. Inilah semangat Jerman,
Inggris, dan Prancis.
5. Orang
barat tak sepenuhnya rasional.
6. Nalar
ilmiah mereka dibentuk oleh Islam
Kebudayaan Barat menjadi sebuah peradaban melalui
proses panjang lebih dari 15 abad. Tahun 500 SM filosof-filosof Yunani sudah
membagi pengetahuan secara sistematis. Ditingkat yg paling tinggi : yaitu
metafisika (tak tampak dan tak terpikirkan). Dalam metafisika ada matematika :
sesuatu yang tak tampak tapi terpikirkan. Sedangkan dalam fisika tampak dan
terpikirkan. Filsafat paling rendah
terdiri dari etika, ekonomi domestic (kebutuhan), menata masyarakat
(politik).
Ketika
Yunani mulai melemah maka digantikan oleh
Romawai. Dimasa
kejayaannya Romawi punya Pax
Romana. Sebuah perjanjian yang
menyatukan seluruh wilayah Eropa. Sangat canggih dan militernya kuat termasuk
pemimpin terbesarnya Julius Cesar. Dalam penyebaran ke wilayah Afrika, melewati
Palestina, disinlah Yesus lahir.
Dalam konteks ini, ketika Nabi Isa diutus pada orang-orang Yahudi. Nabi Isa berada
pada kondisi politik yang rumit. Yahudi yang suka ngeyel dan Romawi yang punya
kepentingan. Muncullah mitos Yesus disalib dibawa ke Eropa. Di Romawi Krsiten
menjadi agama resmi tapi kitab sucinya dikarang oleh pemuka agama, mengalami
penerjemahan, dan sosok Tuhannya mengalami perumusan. Jadi Kristen bukanlah mengkristenkan Eropa
melainkan Kristenlah yang terEropakan.
Hal ini berbeda dengan Islam dimana ketika Islam tumbuh menjadi kekuatan baru dan
menaklukkan Romawi dan Persia, Islam
sudah punya konsep sehingga ketika
berinteraksi dengan peradaban yang lebih tua, bukan Islam yang luluh . Padahal
dalam teori peradaban “jika peradaban lemah berhasil mengalahkan peradaban
tinggi secara militer maka biasanya dia luluh”.
Perang Salib berlansung tahun 1070 an – 1270 an.
Bangsa barat kalah di perang salib. Maka
mereka mulai berpikir bahwa jika kita tak bisa mengejar muslim dalam aspek
kekuatan, maka kita harus mengejar mereka dalam aspek keilmuannya. Muncullah
sarjana-sarjana
barat yang belajar di Andalusia dan Baghdad.
Tempat paling sentral di Eropa ketika mereka menyerap
pengetahuan dari dunia Islam adalah Perancis bagian selatan. Maka nanti perubahan-perubahan ide di Eropa dimulai dari Perancis. Salah
satu filsafat paling awal yang membentuk kemoderenan adalah rasionalisme.
Penggunaan nalar yang menyingkirkan Tuhan dan agama. Rasionalisme barat dimana
posisi Tuhan dan Agama sudah tersingkir.
Nalar Descartes tokohnya seperti Baruch De Spinoza.
Masih percaya Tuhan tapi urusannya terpisah dengan pengetahuan. Respon
Descartes meletakkan kebenaran pada ide dan gagasannya. Orang Inggris aliran
empirisis, meletakkan kebenaran pada objeknya. Tokohnya seperti John Locke,
George Berkeley dan David Hume. Di
Jerman muncul Immanuel Kant yang mencoba mendamaikan keduanya. Rumusan2
Immanuel Kant mulai diterima, Di perancis muncul pula Auguste Comte yang
melakukan positivisasi Sains.
Orang empiris mengungkapakan kebenaran harus berasala
dari pengalaman. Orang positive, kebenaran harus berasala dari pengalaman
indrawi. Konsekuensi nya pasti menganggap Tuhan tidak ada, maka dia mengatakan
“orang yang percaya tuhan itu nalarnya anak-anak, orang yang tidak percaya
tuhan tapi percaya pada sesuatu yang tidak tampak, itu namanya nalar remaja.
Kalau orang dewasa nalarnya positive. Di Inggris munculk pemikir yang lebih
tegas menyingkirkan Tuhan. sebut saja Pierre De Laplace yang berkata pada Napoleon “saya tidak butuh penjalasan tentang
tuhan”.
Ketika orang2 menyerap ilmu dari dunia Islam banyak
pengetahuan yang bertentangan dengan Gereja
maka orang2 fisika, kimia, dsb dianggap pelaku bida’ah. Namun
parailmuwan ini semakin serius belajar. Hal ini membuat Gereja marah karena
tidak sanggup menjelaskan secara memadai. Mereka merespon dengan member hukuman
melalui mahkama inkuisisi (tahun 1400 –
1600) sebagai lembaga penyiksaan terkemuka di Eropa. Korbannya mayoritas perempuan
yang dituduh penyihir saat mereka belajar kimia. Perempuan Eropa benci agama
karena korban terbesar keberingasan
gereja adalah wanita.
Barat
punya 2 karakter yaitu modern dan post modern.
1. Ilmu
modern cirinya rasional, nalar yang
terpisah dari agama, menekankan pada empiris , sekuler, anti metafisiska
(ghoib), positive, dikotomi, de sakraslisasi. Sekuler merujuk pada 3 makna :
Menganggap semesta ini benda, politik itu semata-mata kepentingan, tidak ada
nilai yang bersifat final.
2. Post
modern membentuk nalar ilmu-ilmu sosial humaniora. Pijakan post modern
dibahasakan oleh ulama sebagia inadiyah
(nihilisme): Kenyataan tidak ada, kebenaran tidak ada, Tuhan tidak ada.
Muncullah liberalisme yang kata kuncinya relativisme,
anti tuhan, dekonstruktif (membongkar apapun). Ini muncul sekitar abad ke 19
yang dialkuakn pada agama Kristen.mereka percaya kepada Tuhan tetapi dengan konsep
yang berbeda dari apa yang dinyatakan oleh gereja. Hal ini pula yang kemudian
dipaksakan pada Islam.
Pola relativisme dicarikan pijakan agamanya dengan
metode hermeneutika Al-Qur’an agar
terjadi rekonstruksi pada syariah. Cara yang dilakuakn dirumuskan salah satunya
dalam dokumen RAND Corporation yang membagi umat Islam menjadi 4 yaitu :
1. Islam
tradisional : mereka yang masih menjaga tradisi
2. Islam
sekuler : orang-orang yang memisahkan agama dari kehidupan
3. Islam
moderat : mereka yang menrima ide-ide barat seperti pernikahan sesame jenis
4. Islam
fundamentalis : orang-orang yang masih berpegang teguh pada Al-Qur’an dan
Sunnah.
Caranya adalah memastikan tradisional tak dekat dengan
fundamentalis. Mereka harus didekatkan dengan kaum moderat dan bila perlu
diberikan panggung untuk tampil. Kaum sekuler dijaga agar tetap berlaku
demikian. Sedangkan fundamnetalis dicitrakan buruk. Hal inilah yang kini
menimpa kaum muslimin. Maka cara untuk menghadapai semua ini adalah kembali
menghidupkan budaya ilmu.
comment 0 Comment
more_vert