MASIGNALPHAS2101
7425642317624470382

Resume Shortcourse 2.0 Islamic Worldview

Resume Shortcourse 2.0 Islamic Worldview
Add Comments
Kamis, 02 Januari 2025

Pemateri : Ustadz Anton Ismunanto

Lokasi : Teras Dakwah, Yogyakarta


Peradaban dan kebudayaan adalah dua hal yang sangat erat kaitannya. Ada banyak pendapat tentang mana yang lebih tinggi diantara keduanya. Aada yang beranggapan peradaban lebih tinggi  dari kebudayaan, ada pula yang menganggap sebaliknya. Pendapat lain menyatakan bahwa kebudayaan adalah ide, sedangkan bentuk fisik dari sebuah ide itulah yang disebut sebagai peradaban. Dalam Islam kebudayaan diartikan sebagai tsaqafah sedangkan peradabaan diartikan sebagai madaniyah .

Pada kenyataannya tidak semua kebudayaan kemudian berkembang menjadi peradaban kecuali disana ada budaya ilmu.  Dengan adanya budaya ilmu segala sisi kehidupan akan menjadi lebih baik. Budaya ilmu  menghasilkan sebuah system nilai yang berkembang dan hal ini menjadi ciri khas masyarakat tersebut.

Apakah yang dimaksud dengan budaya ilmu?

Budaya ilmu merupakan sebuah system masyarakat dimana semua semua aspek yg berkembang dimasyarakat dipengaruhi oleh ilmu. Budaya ilmu nilai intinya adalah ilmu. Ilmu itu nilai paling tinggi bagi masyarakat prioritas sehingga segala aktivitas masayrakatnya berkaitan dengan proses pengembangan ilmu. Mempertahankan, mengkaji, mengajarkan, mengoreksi, termasuk politiknya berpijak pada ilmu. Jika perkembangan pesat tersebut ditopang oleh orang-orang yang benar-benar perduli pada ilmu maka akan terbentuk knowledge society. Budaya ilmu mampu mengubah masyarakat berbudaya rendah menjadi sebuah peradaban yang tinggi.

Di dunia Islam, para penguasa menjadi orang yang sangat senang mengoleksi buku. Sedangkan orang-orang kaya berlomba membiayai proses penggalian ilmu. Ulama yang mampu mengarang buku akan menerima kompensasi berupa emas seberat buku yang ia tuliskan. Sedangkan orang-orang awam sangat mencintai ahli ilmu.

Bumi ini menjadi saksi begitu banyak kebudayaan-kebidayaan yang silih berganti, ada yang tinggi, ada yang rendah, ada yang komplit, ada pula yang terbatas. Jika kita melihat peradaban-peradaban sejak saat Rasulullah Muhamad Shallahu Alaihi wasallam diutus, maka ada 4 kondisi peradaban dunia :

1.      Punah dan runtuh tanpa meninggalkan jejak seperti kota Aramic yang digambarkan dalam Al Qur’an

2.       Runtuh namun jejaknya masih ada  seperti Yunani. Peradaban ini diperkirakan berkembang sekitar tahun 500 SM dengan salah satu tokohnya yang terkenal yaitu  Aristoteles yang sudah membagi ilmu filsafat menjadi 2 yaitu  filsafat teoritik dan filsafat praktik.

3.       Ketika Rasulullah diutus ada 2 kekuatan besar yaitu Romawi dan Persia yang kemudian  setelah Islam berkembang keduanya mengalami keruntuhan. Jazirah Arab berada diantara 2 kekuasaan besar ini dimana kepala sisi kanan Romawi sedang  kepala sisi kiri Persia.

4.       Peradaban yang masih bertahan hingga saat ini yaitu Cina dan India. Bahkan kini Cina membuat Amerika Serikat kewalahan dengan hegemoni ekonominya yang semakin berkembang.

Bagaimana dengan peradaban Islam?

Kurang lebih sama  tapi ada bedanya. Dalam Islam peradaban dinisbatkan pada kata hadharoh, dan madaniyah. Syed Naqib Al-attas  menggunakan kata  tamadddun dari kata madinah yang sumbernya dari kata din. Ketika orang sekuler menggunakan konsep “sekuler city” yaitu dengan menafikkan peran Tuhan maka saat itulah masyarakat bisa maju. Rasulullah justru hal paling awal yang dilakukan ketika  pindah ke Yastrib atau Madinah adalah membentuk masyarakat yang beragama.. Agama menjadi asas peradaban.

Lalu, bagaimana hubungan Islam yang mendasarkan peradaban pada agama dengan sekuler yang mengatakan asas peradaban adalah ilmu?

Islam itu agama ilmu. Seseorang tak mungin berIslam dengan baik tanpa ilmu. Iman tak kan sempurna tanpa ilmu. Sejak awal agama Islam dibangaun dari fondasi ilmu. Dalam Al Qur’an, kata ilmu muncul sekitrar  770 kali. Menjadi kata terbanyak ke tiga setelah Allah dan Rabb. Maka tak heran jika seorang  orientalis mengatakan bahawa  “generasi awal umat Islam adalah generasi greedy of knowledge“ atau rakus terhadap ilmu. Hal inilah yang kadang disalahpahami oleh umat Islam hari ini. Dimana para Sahabata Nabi  hanya dicirikan dengan akidah yang kuat, berani, berakhlak mulia. Tidak salah tapi luput dalam satu kata yaitu  “rakus” terhadap pengetahuan.

Berbicara masalah ilmu, tak hanya para Sahabat saja yang memiliki sifat “rakus” pada ilmu namun juga terus berlanjut pada genersai setelahnya yaitu para ulama. Fenomena ulama mencari ilmu bisa dibaca di salah satu Buku karya Syaikh Abdul Fattah Abu Ghudaah yang judulnya “Kesabaran Ulama” diantara isisnya menceritakan tentang ahli hadist yang dikenal sukanya mondar mandir.  Kalau dihitung-hitung,  ada seorang ahli hadist  yang jaraknya mencari hadist 2 x keliling bumi. Ada yang meminum air kencingnya ketika melintasi gurun pasir, bahkan ada yang sampai kecing darah.

Karena Islam punya kekuatan ilmu maka ketika Islam masuk di sebuah wilayah maka terjadilah asimilasi. Islam memberi warna pada  wilayah yang ia masuki. Peradaban Islam kata kuncinya agama lalu ilmu. Meskipun puncak peardaban bisa ditandai dengan peradaban fisik tapi peradaban Islam ditandai dengan 2 hal yaitu ilmu dan amal.

Allah memilih jazirah arab sebagai tempat turunnya risalah Islam. Sebuah masyarakat  yang tidak memeiliki iklim intelektual untuk kemudian Islam mengubahnya secara drastis menjadi  masyarakat dengan standar ilmu dan moral yang tinggi. System nilai masyarakat berbudaya ilmu diantaranya :

1.      Ilmu dicari bukan semata karena mnegantarkan pada kebaikan tapi ilmu itu sendiri adalah kebaikan

2.      Ilmu mengantarkan pada keabadaian. Imam Syafii meninggal tahun 205 H atau 805 M namun samapai sekarang masih menjadi rujukan  dalam memahami Al-Qur’an.

3.      Dalam pandang Islam. Ilmu itu dicari, dikembangkan sepanjang zaman. Dalam Islam tak ada hak cipta dan klaim terhadap sebuah karya.

4.      Belajar tanpa batas. sejak dalam buaian hingga keliang lahat.

5.      Kepemimpinan dibangun diatas ilmu bukan diatas citra. Ada sesuatu yang hilang di masyarakat Islam ketika budaya ilmu hilang yaitu lahirnya para pemimpin jahil.

6.      Kelebihan umara yaitu menggambungkan ilmu dan amal.

 

Adapaun cara  penerapan budaya ilmu yaitu :

1.      Falsafah pembangunan negara dibangun diatas ilmu.

2.      Tokoh utama yang sering disorot ulama dan guru.

3.      Ilmuwan dan guru harus dekat dengan masyarakat awam. Kebalikannya ketika yang menjadi sorotan utama kehidupa  adalah para artist itu artinya budaya ilmu tengah redup

4.      Ketika masyarakat berbudaya ilmu maka kualitas penerbitannya sangat bagus. Buku-buku yang beredar adalah buku-buku berkualitas.

Tantangan dalam budaya ilmu diantaranya :

1.      Budaya politik yang berorientasi pada kepentingan

2.      Budaya ekonomi yang berorientasi pada keuntungan

3.      Budaya hedonisme yang berorientasi pada kesenangan

4.      Budaya pop yang berorientasi pada ketenaran

Ke empat nya sangat dominan saat ini. Hari ini baik di kalangan akademis maupun ilmu populer ada banyak pernyataan yang bisa menghancurkan dan merontokkan akidah. Contoh pernyataan semua agama baik ataupun syariat itu terbatas dan tidak lagi relevan dengan zaman sekarang.  Hal ini bisa mengikis worldview kita sebagai umat Islam.

Berbicara tentang worldview barat bukan menunjuk  arah mata angin, bukan pula Negara yang ada di barat. Barat yang dimaksud adalah peradaban yang punya worldview dan tradisi ilmu barat sebagai sebuah peradaban yang dibentuk dari proses panjang oleh unsur  yang sangat kaya.

Al-Attas mendefenisikan peradaban barat sebagai berikut :

1.      Dibentuk oleh filsafat, etika, dan pendidikan Yunani.

2.      Barat itu dipengaruhi oleh hukum, ketatanegaraan, dan kemiliteran Romawi

3.      Dibentuk agama-agama Asia Barat yaitu Yahudi dan Nasrani.

4.      Kebudayaan-kebudayaan lokal tidak hilang, seperti kebangsaan, kebebasan. Inilah semangat Jerman, Inggris, dan Prancis.

5.      Orang barat tak sepenuhnya rasional.

6.      Nalar ilmiah mereka dibentuk oleh Islam

Kebudayaan Barat menjadi sebuah peradaban melalui proses panjang lebih dari 15 abad. Tahun 500 SM filosof-filosof Yunani sudah membagi pengetahuan secara sistematis. Ditingkat yg paling tinggi : yaitu metafisika (tak tampak dan tak terpikirkan). Dalam metafisika ada matematika : sesuatu yang tak tampak tapi terpikirkan. Sedangkan dalam fisika tampak dan terpikirkan. Filsafat paling rendah  terdiri dari etika, ekonomi domestic (kebutuhan), menata masyarakat (politik).

            Ketika Yunani mulai melemah maka digantikan oleh  Romawai. Dimasa kejayaannya Romawi  punya Pax Romana.  Sebuah perjanjian yang menyatukan seluruh wilayah Eropa. Sangat canggih dan militernya kuat termasuk pemimpin terbesarnya Julius Cesar. Dalam penyebaran ke wilayah Afrika, melewati Palestina, disinlah Yesus lahir.

Dalam konteks ini, ketika Nabi Isa diutus pada orang-orang Yahudi. Nabi Isa berada pada kondisi politik yang rumit. Yahudi yang suka ngeyel dan Romawi yang punya kepentingan. Muncullah mitos Yesus disalib dibawa ke Eropa. Di Romawi Krsiten menjadi agama resmi tapi kitab sucinya dikarang oleh pemuka agama, mengalami penerjemahan, dan sosok Tuhannya mengalami perumusan.  Jadi Kristen bukanlah mengkristenkan Eropa melainkan Kristenlah yang terEropakan.

Hal ini berbeda dengan Islam dimana  ketika Islam tumbuh menjadi kekuatan baru dan menaklukkan Romawi dan Persia,  Islam sudah punya konsep sehingga  ketika berinteraksi dengan peradaban yang lebih tua, bukan Islam yang luluh . Padahal dalam teori peradaban “jika peradaban lemah berhasil mengalahkan peradaban tinggi secara militer maka biasanya dia luluh”.

Perang Salib berlansung tahun 1070 an – 1270 an. Bangsa barat  kalah di perang salib. Maka mereka mulai berpikir bahwa jika kita tak bisa mengejar muslim dalam aspek kekuatan, maka kita harus mengejar mereka dalam aspek keilmuannya. Muncullah sarjana-sarjana barat yang belajar di Andalusia dan Baghdad.

Tempat paling sentral di Eropa ketika mereka menyerap pengetahuan dari dunia Islam adalah Perancis bagian  selatan. Maka nanti perubahan-perubahan  ide di Eropa dimulai dari Perancis. Salah satu filsafat paling awal yang membentuk kemoderenan adalah rasionalisme. Penggunaan nalar yang menyingkirkan Tuhan dan agama. Rasionalisme barat dimana posisi Tuhan dan Agama sudah tersingkir.

Nalar Descartes tokohnya seperti Baruch De Spinoza. Masih percaya Tuhan tapi urusannya terpisah dengan pengetahuan. Respon Descartes meletakkan kebenaran pada ide dan gagasannya. Orang Inggris aliran empirisis, meletakkan kebenaran pada objeknya. Tokohnya seperti John Locke, George Berkeley dan David  Hume. Di Jerman muncul Immanuel Kant yang mencoba mendamaikan keduanya. Rumusan2 Immanuel Kant mulai diterima, Di perancis muncul pula Auguste Comte yang melakukan positivisasi Sains.

Orang empiris mengungkapakan kebenaran harus berasala dari pengalaman. Orang positive, kebenaran harus berasala dari pengalaman indrawi. Konsekuensi nya pasti menganggap Tuhan tidak ada, maka dia mengatakan “orang yang percaya tuhan itu nalarnya anak-anak, orang yang tidak percaya tuhan tapi percaya pada sesuatu yang tidak tampak, itu namanya nalar remaja. Kalau orang dewasa nalarnya positive. Di Inggris munculk pemikir yang lebih tegas menyingkirkan Tuhan. sebut saja Pierre De Laplace yang berkata pada Napoleon  “saya tidak butuh penjalasan tentang tuhan”. 

Ketika orang2 menyerap ilmu dari dunia Islam banyak pengetahuan yang bertentangan dengan Gereja  maka orang2 fisika, kimia, dsb dianggap pelaku bida’ah. Namun parailmuwan ini semakin serius belajar. Hal ini membuat Gereja marah karena tidak sanggup menjelaskan secara memadai. Mereka merespon dengan member hukuman melalui mahkama inkuisisi  (tahun 1400 – 1600) sebagai lembaga penyiksaan terkemuka di Eropa. Korbannya mayoritas perempuan yang dituduh penyihir saat mereka belajar kimia. Perempuan Eropa benci agama karena korban terbesar  keberingasan gereja adalah wanita.

Barat punya 2 karakter yaitu modern dan post modern.

1.      Ilmu modern  cirinya rasional, nalar yang terpisah dari agama, menekankan pada empiris , sekuler, anti metafisiska (ghoib), positive, dikotomi, de sakraslisasi. Sekuler merujuk pada 3 makna : Menganggap semesta ini benda, politik itu semata-mata kepentingan, tidak ada nilai yang bersifat final.

2.      Post modern membentuk nalar ilmu-ilmu sosial humaniora. Pijakan post modern dibahasakan oleh ulama sebagia inadiyah  (nihilisme): Kenyataan tidak ada, kebenaran tidak ada, Tuhan tidak ada.

Muncullah liberalisme yang kata kuncinya relativisme, anti tuhan, dekonstruktif (membongkar apapun). Ini muncul sekitar abad ke 19 yang dialkuakn pada agama Kristen.mereka percaya kepada Tuhan tetapi dengan konsep yang berbeda dari apa yang dinyatakan oleh gereja. Hal ini pula yang kemudian dipaksakan pada Islam.

Pola relativisme dicarikan pijakan agamanya dengan metode hermeneutika Al-Qur’an  agar terjadi rekonstruksi pada syariah. Cara yang dilakuakn dirumuskan salah satunya dalam dokumen RAND Corporation yang membagi umat Islam menjadi 4 yaitu :

1.      Islam tradisional : mereka yang masih menjaga tradisi

2.      Islam sekuler : orang-orang yang memisahkan agama dari kehidupan

3.      Islam moderat : mereka yang menrima ide-ide barat seperti pernikahan sesame jenis

4.      Islam fundamentalis : orang-orang yang masih berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah.

Caranya adalah memastikan tradisional tak dekat dengan fundamentalis. Mereka harus didekatkan dengan kaum moderat dan bila perlu diberikan panggung untuk tampil. Kaum sekuler dijaga agar tetap berlaku demikian. Sedangkan fundamnetalis dicitrakan buruk. Hal inilah yang kini menimpa kaum muslimin. Maka cara untuk menghadapai semua ini adalah kembali menghidupkan budaya ilmu.