Postingan ini sebenarnya akan disatukan dengan cerita jalan-jalan keluarga edisi Napabale. Namun, berhubung sudah kepanjangan jadi dipisah saja. Mumpung lagi rajin menulis juga. Alhamdulillah.
Jadi ceritanya, kunjungan ke Puncak Wakila bukanlah bagian dari rencana awal. Namun karena pulang dari Napabale lewat jalur ini, paman bertanya mau singgah atau tidak? Saat itu, saya tak menanggapi dan lebih berharap untuk langsung pulang. Dalam pikiranku, di puncak hanya akan melihat hamparan hutan yang membosankan.
Berhubung banyak yang ingin, akhirnya, driver memutuskan belok kanan dari jalan poros Desa Kondongia. Lepas beberapa meter masuk lorong, mobil dihadapkan pada tanjakkan yang cukup extrem. Auto sport jantung penumpang.
Setelah melewati beberapa tanajakan, sampilah ke lokasi parkir berupa bekas tebing batu yang dibreaker. Hitung-hitung euforia setelah uji adrenalin, mari kita cekrek dulu. 🎥
Seperti ekspektasi awal, dari sini sudah tampak hamparan hutan dan rumah penduduk. Lalu ada tanjakan rendah lagi menuju area datar yang lebih luas. Di sini terdapat beberapa gazebo unik berdinding bambu dan anyaman bambu (jelaja). Sedangkan atapnya terbuat dari anyaman daun Rumbia.
Daaannn....ternyata oh ternyata dari sini kita bisa melihat hamparan Selat Buton yang menawan. Berpadu dengan langit biru yang cerah dan awan puith menjadikan pemandangan yang ciamik.
Di sini juga terdapat spot untuk duduk santai sembari menikmati pemandangan yang tersaji. Pengunjung dapat memesan gorengan dan aneka minuman di lapak-lapak yang dikelola oleh warga sekitar.
Masya Allah, ternyata kalimat don't judge the book by cover kembali berlaku. Sensasi berada di Puncak Wakila membawa kembali memori berada di Kali Biru, Kulonprogo. Untuk mengabadikan momen, saya sarankan membawa kamera dengan kemampuan maksimal soalnya kalau pakai kamera biasa hasil foto kurang cihuuuy.
comment 0 Comment
more_vert