Disclaimer : Ini adalah pendapat pribadi dan ditulis di blog pribadi. Tapi karena bisa dibaca oleh umum jadi siap menerima masukan, kritik, dan saran.
Menarik mengamati program pemerintah satu ini. Program ini jadi daya jual utama saat kampanye Pak Prabowo. Tujuannya? sangat mulia. Berperan dalam menurunkan prevalensi stunting dengan menyediakan makanan bergizi gratis bagi anak sekolah sejak PAUD-SMA.
Pasca Pak Prabowo resmi jadi presiden, diesekusilah ini barang. Tanggapan masyarakat? seperti biasa, ada yang pro dan ada yang kontra. Hal biasalah yaaa....
Tapi eh tapi, menjadi tidak biasa karena hampir setiap hari ada berita keracunan. Awal-awal masih ada counter opini. Tapi makin kesini makin banyak yang meminta program ini dihentikan. Tapi muncul juga suara-suara lain bahwa bisa jadi ini sabotase untuk menggagalkan proyek Pak Prabowo.
Nah, di sini saya ingin ikut bersuara.
Rasanya, terlalu dini untuk bilang sabotase.
Program ini sebenarnya bagus sebab espektasinya memberi makanan nikmat dan bergizi. Tapi, realitanya program ini cukup NEKAT sih menurutku. Kenapa saya bilang nekat?
Tidak bisa dipungkiri, masyarakat kita mayoritas masih senang curang dan kongkalikong. Yang penting beres. Mau hasilnya asal-asalan juga oke saja. Selama ini proyek-proyek pemerintah kan banyak yang seperti itu.
Yang penting bagus dilaporan, fakta lapangan terserah.
Bedanya, kalau selama ini kecurangan itu dilakukan pada jembatan, bangunan, bansos, dll yang efeknya butuh beberapa waktu baru ketahuan.
Nah, program makanan ini terlalu sensitif. Keliru sedikit sja, akibatnya bisa fatal dan langsung terlihat.
Jadi, kemungkinan paling besarnya kenapa terjadi keracunan? Ya, kembali ke pola-pola lama. Di handle asal-asalan dan tidak profesional.
Lalu, apakah program ini harus dihapus? Hmmm.....gimana yaaaa.....
Disatu sisi saya setuju untuk dihapus. Kalau melihat dari efek negatifnya seperti keracunan, dapur-dapur fiktif, banyaknya pengelola asal-asalan, dan biayanya yang super besar.
Tapi, disisi lain program ini juga punya efek positif. Salah satunya kepada masyarakat yang dipekerjakan di dapur penyedia MBG. Konon, mereka digaji 100 ribu perhari. Kalau dihitung-hitung, ini hampir sama dengan gaji pokok PNS daerah golongan II c. Itu baru yang pekerja. Kalau penyedia dan unsur-unsur lain, beda lagi hitungannya.
Dan lagi, sejauh ini Pak Prabowo tampaknya masih kekeh untuk mempertahankan program ini. So, sebagai masyarakat biasa, saya berharap Pak Presiden tegas tentang makan bergizi gratis ini.
Menurutku, kuncinya ada 2 : amanah dan profesional. Pemilik SPPG harus amanah dan merekrut orang-orang profesional sebagai pengelola utama proses memasak. Kalau istilah kerennya, ada Head Chef di setiap dapur.
Salah satu yang sejauh ini menurut saya bagus adalah dapur yang dikelola oleh Chef Kumink. Di Facebook nya, Chef Kumink beberapa kali menulis bahwa dia menginginkan pemilik SPPG yang amanah dalam mengelola anggaran dan mempekerjakan 1 chef profesional sebagai penanggung jawab utama di dapur.
Posted by 


comment 0 Comment
more_vert