"Semua masalah diberikan Tuhan untuk mengubah karakter manusia agar menjadi lebih 'petarung' dalam menghadapi masalah. Tak banyak yang mengerti bahwa keunggulan yang dicapai manusia kelak tak pernah lepas dari seberapa hebat ia terlatih menghadapi aneka kesulitan dan tantangan kehidupan."
Ku setuju 1000 %. Prof Rhenald menyentil kita yang hidupnya sangat nyaman di safe zone. Bahkan saat jadi ortu pun, anaknya dibuat senyaman mungkin. Tidak diberi tantangan dan akhirnya jadi generasi lembek. Hikzzz
Makanya Prof Rhenald di pertemuan pertama langsung mendobrak zona itu. Diawali pertanyaan, berapa orang yang sudah punya paspor? Ternyata hanya 5 %. Auto detik itu juga semua mahasiswa diultimatum untuk buat paspor dalam waktu satu minggu. Pokoknya mahasiswanya harus keluar negeri. Segala masalah yang timbul dari tugas tersebut, harus diselesaikan sendiri.
Daaannn... ujiannya adalah setiap mahasiswa wajib memilih satu negara yang berbeda dari temannya dan tidak boleh di negara-negara Melayu. Pilihan negara pun harus diambil cepat karena semakin lama berpikir semakin jauh negara yang tersisa. Apa gak menyala tuh?😄😄😄
Tapi, apa yang dibilang Prof. Rhenald soal ini?
"Satu hal yang dapat dipastikan adalah mereka akan mulai mengaktifkan syaraf-syaraf di otaknya yang lama dibiarkan tertidur."
Yuhuuuwww.... ternyata neuron-neuron itu memang harus dikejutkan agar tidak semakin mager. Dan traveling adalah cara agar otak kita terus bekerja karena banyaknya hal yang harus diurus dalam satu waktu bersamaan.
Sebagai penutup kata pengantarnya, Prof. Rhenald menurunkan lagi tulisan beliau berjudul PASPOR. Di paragraf ketiga, pertanyaan paling umum itu dibahas, "uang untuk beli tiketnya bagaimana, Pak?"
Tau apa jawabannya? Sungguh sangat makjleb, "Saya katakan saya tidak tahu. Dalam hidup ini, setahu saya hanya orang bodohlah yang selalu memulai pertanyaan hidup, apalagi memulai misi kehidupan dan tujuannya dari UANG. Begitu seorang pemula bertanya uangnya dari mana, ia akan terbelenggu oleh constraint. Dan hampir pasti jawabannya hanyalah tidak ada uang, tidak bisa, dan tidak mungkin."
Tapi apakah semua berjalan mulus? Oh tentu tidak. Bagaimana dengan mata kuliah lain kalau semua mahasiswa pergi dalam satu waktu? Bagaimana dengan para orang tua yang takut anaknya kenapa-kenapa dalam perjalanan? Dan banyak hal lagi. Tapi semua itu diselesaikan dengan cara yang entah bagaimana.
Satu hal yang pasti, saat anak-anak itu pulang mereka telah menjadi rajawali. Menjadi driver, bukan lagi passangger yang asal membebek.
Ok, kembali ke isi buku.
Setelah pengantar dari Prof Rhenald, lanjut dengan curhatan Puti Ara Zena selaku asisten dosen di mata kuliah Pemasaran Internasional tersebut. Bagaimana Ia harus menghadapi rentetan pertanyaan dan keluhan dari para mahasiswa. Namun, ia tersentil dengan kutipan dari Jim Rhon "If you really want do something, you'll find a way. If you don't, you'll find excuse. Arti suka-sukanya, kalau kamu menginginkan sesuatu, pasti ada saja jalannya. Tapi kalau tidak ingin, ada saja alasannya.
Relate gak? Relate dong, masa gak?😂
Gak usah jauh-jauh, saya sendiri kalau sangat ingin terhadap sesuatu pasti akan usaha maksimal. Tapi kalau tidak, bahkan alasan paling sepele pun bisa dijadikan tameng. Ye kan?
Usai tulisan Mba Puti, mulailah mengalir cerita dari masing-masing mahasiswa. Ada yang menggigil kedinginan di Islandia, ada yang tidak dapat sinyal wi-fi di Turki, padahal sangat butuh untuk komunikasi dengan penjemput, ada yang berangkat dengan berlembar-lembar peta Jepang, dan banyak lagi cerita lainnnya.
Yang pasti, setiap perjalanan menerbitkan kisahnya sendiri. Bahkan di tempat yang sama sekalipun, cerita nya akan berbeda. Inilah yang menarik dari sebuah perjalanan.
Ah.... jadi rindu untuk kembali bertualang. Haruskah cuti tahun depan ke luar negeri, Umroh Mandiri maybe? Bismillah. Mari kita usahakan.
Posted by 

comment 0 Comment
more_vert