Mana yang lebih bahaya?
Pada saat memposting tulisan ini : https://www.facebook.com/groups/KomunitasBisaMenulis/permalink/3162933033768566/
Banyak komentar dan izin untuk share. Ada yang menganggapnya lucu, ada pula yang mengatakan bahwa Corona lebih bahaya dari HIV karena lebih mudah menular.
Kalau bicara bahaya, semua virus bahaya karena memang pada dasarnya virus itu penyakit.
Tapi kalau bicara penularan, saya rasa keduanya sama-sama mudah.
Kenapa?
Ok. Sebelumnya, ada yang tahu jumlah lokalisasi atau tempat-tempat sejenis di negeri kita? Buaaaanyyaak. sangat banyak dan terkesan dibiarkan. Yang tampak maupun yang tersembunyi. Padahal disinilah virus mematikan itu berkembang biak.
Berapa jumlah manusia yang berada di tempat-tempat seperti ini? Lagi-lagi buaaaanyyaak. Sangat banyak dan mayoritas berada pada usia produktif. Setiap hari terutama malam tempat serupa sangat ramai.
Ada yang sudah tau dirinya terinfeksi ada pula yang masih merasa sehat-sehat saja karena masa inkubasi virus HIV 5-8 tahun. Dan si penderita tidak akan merasakan perubahan berarti.
Artinya ketika seseorang terinfeksi, jika dia sudah berkeluarga, maka pasangannya besar kemungkinan untuk menerima transferan. Bahkan jika terjadi kehamilan, bayi yang dikandungpun sangat rentan terinfeksi.
Data terakhir penderita per Juni 2018 sebanyak 301.959 versi pemerintah. Beda dengan versi UNAIDS(WHO) yang memperkirakan jumlah penderita sebanyak 630.000. Jumlah yang masuk akal mengingat virus ini ibarat fenomena gunung es. Yang tampak kecil saja sedang yang tersembunyi lebih besar.
Jadi, ini tidak sedang membandingkan parah mana antara satu virus dengan virus lainnya.
Hanya saja. Jika pemerintah bisa menutup tempat-tempat dimana disitu tidak ada kemaksiatan dan semua orang tanpa membantah menuruti.
SEHARUSNYA
pemerintah sebagai pemilik kuasa atas negeri ini dengan mudah menutup tempat-tempat yang sudah nyata sebagai sarang maksiat.
Kita tidak sedang bicara soal agama saja. Tapi ini menyangkut orang-orang tidak berdosa yang harus turut menanggungnya.
Masih ingat kasus 3 orang anak yatim piatu yang diusir warga dan diminta tinggal dihutan karena orang tuanya penderita HIV?
Kasus ini sering sekali terjadi dan stigma terhadap mereka justru lebih cepat membunuh dari penyakit itu sendiri.
Juga ini soal kas negara yang bisa terselamatkan sebab negara sudah ngos-ngosan dalam penanganannya hingga santer wacana penghentian subsidi obat ARV.
Sekedar info, tahun 2017 saja dana pengadaan ARV Rp 1,3 triliun bagi 138.000 pengguna.
Semoga bisa menjadi perhatian semua pihak.
*Terimakasih untuk admin yang telah meloloskan tulisan ini. 🙏🙏
*Semoga segala virus cepat berlalu dan yang sudah terkena semoga Allah beri kesembuhan.
comment 0 Comment
more_vert