*Cerita ini sebenarnya masih rangkaian catatan dalam perjalanan dari Buton ke Makassar. Tapi berhubung agak panjang jadi dibuat tulisan tersendiri. Mungkin bisa jadi referensi bagi pembaca pengguna Pelni dengan rute yang sama dan ingin kabur sejenak dari kapal saat transit di Kota Anging Mammiri.
Ok, let's start. Setelah berlayar kurang lebih 14 jam, sekitar pukul 5 sore ada pemberitahuan bahwa satu jam lagi kapal akan
sandar di Pelabuhan Makassar. Alhamdulillah tepat waktu sebagaimana perkiraan. Pemberitahuan nya bikin flash back ke masa-masa jadi pengguna rutin Pelni dimana suara tersebut jadi yang paling ditunggu-tunggu.
Di Pelabuhan Anging Mammiri Makassar, biasanya waktu transit cukup lama. Sekitar tiga sampai lima jam. Ini bisa jadi kesempatan bagi yang ingin turun ke darat guna menambah perbekalan atau sekedar jalan-jalan di sekitar area pelabuhan.
Berhubung saya belum pernah ke Masjid Kubah 99 Makassar, transit ini jadi momen yang bisa dimanfaatkan. Sekalian ajak ibu dan Dina. Alhamdulillah mereka mau. Sebelum turun dari kapal, kami pastikan dulu jam keberangkatan selanjutnya melalui petugas kapal yang berjaga. Infonya kapal akan melanjutkan perjalanan menuju Surabaya pukul 9 malam. Masih ada waktu sekitar 2 jam untuk berada di luar kapal.
Tanpa menunggu lama, langsung cari jalan keluar yang biasanya berada di dek/lantai 4. Entah bagaimana ceritanya, kami nyasar ke pintu keluar via Garbarata. Keluar dari garbarata, masuk ke ruang tunggu. Kaget dong pas liat ruang tunggunya se eksklusif di gambar. Pelabuhan vibes bandara. Setelah 8 tahun, Alhamdulillah bisa menginjakkan kaki lagi di Kota Anging Mammiri.
Setelah melewati ruang tunggu, masuk ke area pedagang. Berbagai kebutuhan khas orang kapal dijual di sini. Ada air minum, mie segala jenis, kopi, teh, susu beruang, sabun, dan masih banyak lagi. Juga ada penjual makanan berat seperti coto, nasi kuning, nasi campur, dll. Tapi harganya lebih mahal dibanding di luar pelabuhan.So, kalau mau lebih hemat sekalian jalan-jalan, bisa keluar dari area pelabuhan. Ada banyak toko dan lapak penjual. Juga ada Indomaret dan Alfamart. Yang butuh uang tunai, bisa sekalian otw ke ATM di samping pagar pelabuhan.
Sampai luar pelabuhan, langsung pesan Maxim. Tarif dari Pelabuhan ke Masjid Kubah 99 kurang lebih Rp 30 ribu. Entah terpengaruh jaringan kapal atau bagaimana, jaringan internet loading luar biasa. Jadinya lumayan lama proses pesan dan menunggunya. Ini sebenarnya bisa disiasati dengan memesan angkutan online sejak turun dari kapal.
Sekitar 15 menit menunggu, Alhamdulillah bisa on the way. Perjalanan menuju Masjid Kubah 99 melewati beberapa landmark kota Makassar seperti Pantai Losari, Tugu CPI -Center Point of
Indonesia-, Jembatan Tongkonan, dan Jembatan Phinisi. Berhubung kami datangnya malam jadi sebagian landmark ini tidak begitu jelas penampakannya.
Sebelum memasuki area masjid, ada kawasan bernama Lego-Lego. Di sini terdapat arena kuliner dan taman bermain. Sangat cocok untuk destinasi wisata keluarga.
Dari jauh, kemegahan Masjid Kubah 99 sudah menghipnotis mata terlebih di malam hari dihiasi kerlip lampu warna-warni. Masya Allah. Masjid yang merupakan salah satu ikon wisata religi Makassar ini, ternyata lebih
indah dari foto-foto yang beredar di internet. Hadir langsung dan
merasakan berada di dalamnya menyajikan suasana berbeda.
Masjid juga dilengkapi Al-Quran dan buku-buku keislaman yang dapat dibaca bebas oleh jamaah. Menurut informasi, masjid megah ini juga menjadi sarana pendidikan. Dimana terdapat 109 santri yang berasal dari beebrapa daerah di Sulawesi
Selatan. Pendidikan berfokus pada tahfidz dan hafalan Al-Qur'an.
Area luar masjid juga sangat indah. Gerbang tinggi dengan model atasan runcing menambah keindahannya. Di bagian samping terdapat air mancur menari. Parkiran masjid luas yang langsung berhadapan dengan laut.
Dibalik foto-foto cantik ini sebenarnya deg-degan karena jadwal kapal yang semakin dekat. Belum lagi Dina yang ditelpon terus oleh Mak nya. Makin-makinlah ketegangan kita orang.
Alhamdulillah sekitar jam 8 sudah sampai kembali ke pelabuhan. Transfer uang, belanja-belanja, lalu otw naik kapal. Niat hati mau lewat Garbarata lagi, eh tapi aksesnya sudah tutup. Satu-satunya akses yang masih bisa dilewati adalah tangga darurat.
Sampai dalam kapal, berhubung saya belum shalat Isya jadi otw ke musholla Ar -Ridho untuk shalat. Eh, ternyata jam 9 an Mushola nya sudah tutup. Baru dibuka lagi menjelang subuh. Syok dong. Secara dulu, musholla bebas akses kapan saja. Kadang juga dipake tidur.
Putar otak mau shalat dimana. Coba-coba izin sama penjaga kantin dek 4. Alhamdulillah dibolehkan. Setelah itu tidooorrr. Kapal berangkat dari Makassar sekitar pukul 21.30 WITA.
comment 0 Comment
more_vert