Ini adalah hari kedua di Jogja atau hari ke delapan dalam perjalanan. Alih-alih istirahat setelah kemarin jalan sejak pagi sampai pukul 11 malam, ibu malah ingin ke Candi Prambanan. It’s okey. Setelah sarapan, langsung order Maxim tujuan Stasiun Lempuyangan. Ekspektasi mau naik KRL jam 07.44, tapi sayangnya kitorang terlambat. Jadi tunggu yang jam 08.55 WIB.
Berhubung saldo kartu KRL yang tersisa tidak cukup, kita isi saldo dulu. Niatnya cuma mau isi 5 ribu biar sekalian dihabisin. Ternyata jumlah minimal untuk sekali top up adalah10 ribu. Cerita tentang KRL akan dibuat tersendiri.
Untuk menuju Candi Prambanan via KRL, dari Jogja bisa naik melalui Stasiun
Tugu, Lempuyangan, atau Maguwo menuju stasiun Brambanan. Sampai stasiun
Brambanan lanjut naik Maxim sampai pintu masuk. Biayanya kurang lebih 10 ribuan.
Dari pintu masuk jalan ke tempat pembelian tiket. Sekarang ini ada paket
lanjutan yang ditawarkan oleh petugas. Paket lanjutan ini kunjungan ke Keraton
Ratu Boko + Candi Prambanan. Kalau mau ke Candi Prambanan saja, tiket masuknya
50 ribu. Kalau lanjutan biayanya 85 ribu.
Ibu maunya yang Prambanan saja tapi saya maunya lanjutan. Setelah proses
negosiasi, ibu setuju untuk ambil lanjutan. Untuk pemilik tiket lanjutan, situs
pertama yang didatangi yaitu Keraton Ratu Boko. Untuk menuju ke sana,
pengunjung diantar menggunakan shuttle bus. Petugas akan menunjukkan
area antrian untuk menunggu shuttle bus yang akan berangkat.
Di area tersebut, diminta untuk memperlihatkan tiket, lalu diberikan nomor
antrian. Kemarin dapat antrian nomor 5 jadi menunggunya tidak terlalu lama.
Saat shuttle bus siap berangkat, pemilik antrian diarahkan untuk naik
sesuai nomor urut. Kapasitas penumpang sekali berangkat adalah 10 orang.
Saya pikir keraton Ratu Boko masih dalam area Candi Prambanan. Ternyata
jaraknya kurang lebih 8 km dengan medan jalan menanjak. Sampai atas tidak
langsung bertemu keraton, pengunjung harus jalan lagi sekitar 1 km. Berhubung
kami perginya sekitar jam 10 an, jadi cuaca sudah mulai panas. Kalau mau no panas-panas club bisa sewa
payung, biayanya 10 ribu.
Sepanjang jalan menuju keraton, di sisi kiri jalan pengunjung bisa menikmati pemandangan kota Yogyakarta. Di sisi kanan banyak tersedia kursi dan gazebo untuk beristirahat. Sekitar 50 m ke arah kanan terdapat masjid dan jejeran rumah makan. Kamar mandi masjidnya bersih dan terbuka untuk umum.
Masih dalam kompleks masjid, tersedia homestay. Bagi yang ingin menikmati
sunset dan sunrise dari ketinggian, bisa menginap di homestay ini.
Kami sempat mencoba nasi pecel seharga 15 ribu. Rasanya cukup nyaman di
lidah. Untuk menikmati makanan ini, tidak perlu ke area rumah makan. Pelayan
dari beberapa rumah makan menunggu di jalur-jalur yang dilewati dan menawarkan
makanan, air mineral, dan es kelapa muda.
Sampai atas, selain bisa menikmati area Keraton Ratu Boko, juga bisa menikmati
pemandangan. Asli cantik. Waktu kunjungan tidak terbatas. Jadi bebas kalau mau
istirahat atau ingin berlama-lama menikmati pemandangan.
Saya dan ibu hanya ke area gerbang keraton dan naik ke gardu pandang. Sudah
capek + panas membara. Kembali ke Prambanan naik shuttle lagi.
Catatan : kalau waktunya lowong dan ada budgetnya, saya saran untuk ambil
yang lanjutan. Biaya 35 ribu sangat sepadan dengan yang didapatkan. Free
shuttle bus pulang pergi + tiket masuk. Sebaiknya datang di waktu pagi.
Pembelian tiket buka sejak pukul 06.30 WIB.
Balik ke Prambanan, diturunkan di area parkir shuttle. Dari sini menuju area
candi, jaraknya sekitar 500 meter. Karena sudah capek dari Ratu Boko ditambah
panas membara, kami hanya bisa naik ke salah satu candi.
Jangan bayangkan candinya sekecil penampakan di gambar atau buku-buku.
Candinya tinggi menjulang. Untuk masuk ke dalam sampai keluar butuh sekitar 15
menit naik turun anak tangga. Sementara di dalam area candi terdapat 7 bangunan
serupa. Tak sanggup euy kalau harus masuk satu persatu.
Sepanjang perjalanan di Ratu Boko dan Prambanan, saya berpikir bagaimana
orang-orang dulu membuatnya? Berapa orang yang dikorbankan untuk proyek ini?
Tersiksa sekali yang jadi pekerjanya, satu batu penyusunnya besarnya seukuran
anak 4 tahun. (Sorry to say, saya tidak percaya cerita asal usul versi dibangun
oleh jin).
Setelah keliling Prambanan, rasanya dah lowbet. Sekitar pukul 12.30
memutuskan untuk pulang. Sudah jalan ke tempat masuk tadi, eh ternyata salah
lewat. Jalur keluar berada di sisi sebelah kiri.
Dari pintu keluar tampak si KAWS yang sedang rebahan. Infonya, Candi
Prambanan jadi satu-satunya tempat di Indonesia yang dipilih untuk tour KAWS
holiday. Selain Indonesia, ada 8 negara lain yang disinggahi.
Panjang lintasan jalur ke luar sampai benar-benar di pintu keluar sekitar 3
km. Melewati area lapangan luas, museum, dan mini zoo berisi Rusa, Kalkun, dan
Merak. Setelah itu menuju zona keluar yang melewati stand-stand penjual. Harga
jualan yang ditawarkan cukup murah. Ibu beli beberapa daster seharga 100 ribu/4
pcs.
Apakah cukup sampai disitu? Ternyata jalannya masih harus lanjut karena kami
rencana pulang naik Trans Jogja (TJ). Infonya halte TJ berada di depan
Prambanan. Ekspektasi, yang dimaksud berada di depan itu tepat di hadapan pintu
keluar. Realitanya, di depan kawasan candi yang jaraknya masih sekitar 2
km.
Kalau ditotal jarak yang kami tempuh sekitar 10 km. Terbayang kan bagaimana
lelahnya? But, it's okey. Pengalaman yang didapatkan juga sepadan. Catatan buat
yang mau ke Prambanan, siapkan fisik karena rute jalannya jauh buangeettt.
Intinya tidak se simple yang kelihatan di foto dan buku-buku.
comment 0 Comment
more_vert