MASIGNALPHAS2101
7425642317624470382

Mode Hemat Mengunjungi Beberapa Landmark Kota Jogja

Mode Hemat Mengunjungi Beberapa Landmark Kota Jogja
Add Comments
Rabu, 23 Agustus 2023

Hari pertama di Jogja atau hari ke tujuh dalam perjalanan cuti I, 23 Agustus 2023. Belum pupus rasa lelah usai perjalanan dari Pacitan, pagi-pagi sudah mulai susun rencana lagi. Berhubung ibu belum pernah keliling-keliling Jogja, jadi rencananya saya akan mengantar ibu melihat beberapa landmark Kota Gudeg. Sebut saja Tugu Jogja, Kawasan Malioboro, Stasiun Tugu, Benteng Vrederburg, hingga Keraton. Kawasan yang bisa dieksplor dengan minim budget karena bisa ditempuh dengan berjalan kaki. 

Dari Aspuri di Jalan Timoho, kami terlebih dahulu menuju Tugu dengan menggunakan Maxim mobil yang biayanya kurang lebih 10 ribu. Berhubung belum sarapan, jadi melipir dulu ke Pasar Kranggan yang terletak di sebelah barat Tugu Jogja. Di sini tersedia banyak pilihan sarapan mulai dari kue-kue tradisional hingga makan berat. 

Kami memilih masuk disalah satu warung prasmanan. Harga untuk seporsi nasi, ikan, sambal dan sayur adalah Rp.15.000. Setelah sarapan lanjut foto-foto ke kawasan Tugu Jogja. Salah satu ikon yang tidak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Kota Sri Sultan ini.

Tugu Pal Putih atau Tugu Jogja awalnya bernama Tugu Golong Gilig.  Tugu yang ada sekarang merupakan hasil perbaikan dari Tugu Golong Gilig setelah mengalami kerusakan akibat gempa dahsyat pada tahun 1867. Miniatur Tugu Golong Gilig dapat dilihat pada area di salah satu sudut perempatan tugu. 

Tugu Pal Putih dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan diresmikan pada tanggal 03 Oktober 1889. Ketinggian bangunan yang semula 25 meter menjadi 15 meter saja. Lokasi tugu ini sangat unik sebab menjadi bagian dari garis imajiner dan sumbu filosofi yang membentang dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak, dan Laut Selatan. 

Letak dan filosofinya menjadikan bangunan ini tak pernah sepi dari lalu-lalang kendaraan dan pengunjung. So, selagi berada di lokasi, foto-foto dari berbagai angle tentu jadi agenda wajib. Bahagia rasanya melihat senyum ibu dalam setiap foto. 

Dari Tugu lanjut menyusuri jalan menuju Stasiun Tugu atau Stasiun Yogyakarta. Stasiun legendaris yang menjadi saksi banyak peristiwa bersejarah. Bangunan yang didirikan pada tahun. Ini juga salah satu spot foto terbaik sekaligus arena menonton kereta yang lewat secara live. Bagi warga Pulau Jawa mungkin ini hal yang biasa tapi bagi kami dari Sulawesi ini adalah pemandangan langka. 😄

Lanjut jalan ke arah Malioboro. Jalur favorit yang tidak mungkin terlewatkan saat mengunjungi kota berjuluk Kota Pendidikan ini. Jalan sambil menikmati kiri kanan. Terbayang memori tahun 2014, sepanjang jalan berjejer penjual. Sekarang sudah direloaksi di satu kawasan khusus untuk berjualan. Saya dan ibu masuk dan membeli beberapa tas dan baju. 

FYI, baju disini memang murah tapi kalau untuk dewasa boleh dibilang nyaris sekali pakai. Kalau baju anak masih boleh lah. Tapi harus pandai pilih bahan soalnya salah satu yang kami beli baru sekali cuci sudah sobek dan rapuh. 

Beres belanja-belanja, lanjut jalan lagi. Maksud hati mau ke Benteng Vrederburg tapi berhubung sudah capek akhirnya di tentangan Ramai Mall kami putuskan naik maxim menuju Masjid Gedhe. Selain karena sudah mendekati waktu Zuhur, sekalian juga butuh tempat rebahan. Selasar Masjid Gedhe jadi tempat yang sangat nyaman untuk sekedar melepas penat sembari menunggu waktu shalat. Disini juga kami menunggu Rauf beres kuliah untuk menemani OTW Keraton.