Hingga tahun 2025, PELNI masih jadi pilihan pertama untuk OTW daerah-daerah jauh. Terlebih pada bulan Juli kemarin ada tiket promo sebagaimana yang saya spill di postingan BTS Cuti Part 3.
Tanggal 19 Juli 2025 kami berangkat dari rumah menuju Pelabuhan Nusantara Raha sekitar pukul 15.00 diantar oleh Bapak Mei. Di ruang tunggu pelabuhan, Om Alim, Bibi Fitri, dan adik Icha datang untuk pamit-pamitan.
Waktu diisi dengan cerita-cerita sembari menunggu kapal rute Pelabuhan Nusantara Raha menuju Pelabuhan Murhum Bau-Bau yang dijadwalkan berangkat pukul 17.00 WITA. Harga tiket untuk sekali perjalanan adalah Rp.178.000
Perjalanan dari Raha ke Bau-Bau memakan waktu kurang lebih 2 jam. Alhamdulillah kapal tepat waktu. Penumpang tidak begitu banyak sehingga tersedia beberapa kursi kosong. Seperti biasa, saya OTW ke lantai atas agar bisa menikmati pemandangan dengan lebih leluasa. Sepanjang perjalanan ditemani semburat sunset dengan warna yang sangat memanjakan mata.
Kapal berlabuh di Pelabuhan Murhum pukul 19.15 WIB bersamaan dengan KM Tilongkabila. Jika biasanya langsung menuju ruang tunggu untuk beristrahat sembari menanti KM Nggapulu yang diperkirakan merapat pukul 23.00 WITA, kali ini harus antri dengan penumpang KM Tilongkabila.
Walhasil, penumpang KM Nggapulu ngemper di sekitaran pelabuhan. Kami nongkrong di samping ATM BNI tepat di depan ruang tunggu. Berjaga-jaga, jika sudah diperbolehkan masuk bisa lebih dulu dari penumpang lain sehingga memungkinkan untuk memilih spot strategis.
Sembari menunggu, kami memutuskan untuk shalat jamak qashar Maghrib dan Isya secara bergantian. Saya sengaja memilih paling akhir karena setelah itu akan lanjut ke Lippo bersama Tina. Yups, ini salah satu alternatif tempat kabur saat menunggu kapal. Tapi, pastikan dulu barang-barang berada di tempat yang aman atau dijaga oleh teman-teman seperjalanan.
Di Lippo kami membeli beberapa kebutuhan dalam perjalanan. Sekalian menunggu waktu beranjak ke jadwal kapal. Sekitar pukul 22.00 WITA kami memutuskan untuk kembali ke Pelabuhan. Alhamdulillah, sekitar 30 menit kemudian penumpang dipersilahkan untuk boarding dengan antrian yang mengular. Masya Allah sekali perjuangan mendapatkan lembaran ini.
Selanjutnya dipersilahkan masuk ke ruang tunggu. Di ruang tunggu, waktunya ngemper part II. Berhubung sudah jam tidur, kami mencari posisi strategis untuk membentang alas. Alhamdulillah, ibu dan bibi-bibi bisa tidur beberapa jam. Sedangkan saya, mendapatkan satu kursi yang bisa untuk rebahan.
Alhamdulillah, jadwal kapal tepat waktu. Kami dipersilahkan naik ke kapal sekitar pukul 23.30 WITA dengan menunjukkan tiket dan KTP di bagian pemeriksaan.
INGAT. Dalam perjalanan, salah satu hal PENTING yang harus dipastikan adalah KTP. Ini jadi barang wajib untuk semua urusan.
Sekarang, naik kapal minim drama dan bisa slow karena sudah lebih tertib dan nomor bad telah tertera di tiket masing-masing. Jadi tidak ada lagi drama rebutan bad. Kali ini kami dapat posisi strategis yakni dek 5 yang dekat kemana-mana. Mau antri makan, turun ke dek 4. Mau shalat dan nongkrong atau menikmati pemandangan, naik ke dek 6 dan 7.
Setelah menempati bad masing-masing, waktunya mmencoba untuk terpejam dan menunggu waktu berlayar menuju Pelabuhan Anging Mammiri Makassar. Kapal berangkat sekitar pukul 01.00 WITA.
Berhubung jiwa dan raga masih penyesuaian, jadi tidurnya masih belum konsisten. Lebih sering terbangun. Dan, sampailah pada pagi hari yang penuh drama.
Berawal dari ibu yang ke kamar mandi sendiri. Lama menunggu ibu balik, saya ke WC juga. Ternyata di sana tidak ada ibu. Saya pikir, ibu sudah ke musholla. Pikiran itulah yang jadi jawaban saat bibi-bibi menanyakan saudara nya.
Setelah wudhu, kami pun beranjak ke mushola karena waktu shalat Subuh sebentar lagi. Sampai sana, Alhamdulillah ketemu ibu tapiiiii... ternyata ibu sampai mushola karna nyasar guys. Masih jelas sekali wajah khawatirnya. 😟
Ibu juga bilang, beliau sudah shalat Subuh karena di jam menunjukkan pukul 5.30. Gak yakin dooonngg??? Soalnya perasaan baru jam 4.30. Di mushola juga baru Adzan. Cek percek ternyata itu jam untuk WIT. 😂😂
Ternyata, kekhawatiran ibu juga didukung oleh perkara jam ini. Ibu pikir, kami sudah Shalat Subuh dan kembali ke bad. Ibu juga overthinking, bagaimana kalau dia tidak ditemukan? Dia tidak mungkin balik sendiri ke dek 5 karena khawatir akan kembali nyasar. Ukuluuuuu....kami yang mendengar antara sedih dan ngakak.
Drama pagi berlanjut ke masalah makan. Kami antri sekitar jam 7. And you know what??? Antrinya super panjang. Kita hampir mengelilingi satu dek. Yaaaaa... 1 km lah kalau diperkirakan. Alhamdulillah sarapan pagi dapat nasi hangat, telur rebus, sambal, sosis goreng, kerupuk, air mineral, dan susu Cleo.
Antrian super panjang ini membuat saya tidak ikut antri pada siang harinya. Rauf sebagai satu-satunya lelaki dalam rombongan memutuskan untuk antri sendiri.
Oh ya, sebelum memutuskan untuk berpergian pakai Kapal PELNI, ini highlight dari senior buat para pemula. 😂😂
Salah satu kunci penting perjalanan naik kapal PELNI adalah segalanya harus dibawa santuy dan happy.
Ngemper disekitar pelabuhan, it's OK
Tidur-tidur ayam di ruang tunggu, No Problem
Dapat dek yang kamar mandinya masih peninggalan zaman penjajahan, Chill aja
Ikut antrian makan sepanjang ratusan meter, kuy laaahh
Dapat bed yang sering dilewati kecoak, yaaa mau gimana lagi?😂😂
Intinya, nyamannya hidup kamu yang tentukan.
comment 0 Comment
more_vert