Intermezzo "Tulisan ini merupakan lanjutan dari cerita sebelumnya. Jadi, kalau mau baca lengkap silahkan klik linknya. Ok. Mari kita lanjut. 😊
Saat Adzan Subuh berkumandang, penumpang belum diminta untuk masuk ke pesawat. So, kami melaksanakan kewajiban terlebih dahulu. "Ayo mi kita shalat dulu," ajak Mail seraya beranjak dari kursi tunggu.
Bergegas, kami menuju mushola yang berada di lantai bawah dari ruang tunggu. Tampak sudah banyak orang yang antri. Saya menuju ke toilet sedang Mail menuju area wudhu. Beres wudhu kami menuju ke antrian untuk masuk mushola. Alhamdulillah, sudah mulai lengang sehingga bisa langsung masuk.
Musholanya lumayan kecil sehingga hanya bisa muat beberapa orang. Masuk ke area shalat harus ekstra waspada sebab tidak ada sekat antara area pria dan wanita jadi harus pandai-pandai jaga wudhu.
Lepas shalat, kami kembali ke ruang tunggu dan masuk ke badan pesawat. Bismillah. Perjalanan dimulai dengan dag dig dug serrr karena Insya Allah sebentar lagi salah trip impianku sejak cuti pertama akan tercapai.
Perjalanan ditempuh dengan waktu 1 jam 45 menit. Alhamdulillah minim turbulensi. Hanya beberapa kali turbulensi ringan yang masih bisa ditanggapi dengan tenang. Sepanjang perjalanan asyik menikmati sunrise berpadu hamparan awan. Setelah mengudara sekitar 1,5 jam, tanah Andalas mulai tampak. Tau apa yang terjadi? Ku terharuuuu.... wishlist checked off ✅😍
Pas mendarat di Bandar Udara Minangkabau rasanya WOW sekali. Masya Allah bisa sampai di tanah yang melahirkan banyak sosok hebat ini. Sosok-sosok inspirator yang telah lama kukagumi. Bismillah, inilah tapak awal menjelajahi Tanah Para Pahlawan :
1. Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi lahir di Koto Tuo
2. Tuanku Imam Bonjol di Pasaman
3. Rahmah El Yunusiyah dan sekolah yang didirikannya yakni Diniyyah Putri di Padang Panjang
4. Bung Hatta Di Bukittinggi. Ada Museum Rumah Kelahiran dan Istana di depan Menara Jam Gadang
5. Buya Hamka di Maninjau, Kabupaten Agam
6. Haji Agus Salim di Koto Gadang
7. Sutan Syahrir di Koto Gadang
8. Muhammad Natsir di Alahan Panjang
9. Rohana Kudus yang lahir di Koto Gadang. Sang wartawati pertama di Indonesia.
10. Rasuna Said asal Maninjau, Kabupaten Agam. Sang Singa Podium dan jurnalis
11. Muhammad Yamin di Sawahlunto
Nama-nama inilah yang membuatku memilih Sumbar meski tiketnya lebih mahal dari ke Singapura ataupun Malaysia. Terlebih jalannya bersama mahramku. Bagi para traveler, terutama pecinta napak tilas sejarah, sangat worth it untuk mengunjungi Sumatera Barat dengan harga demikian. Insya Allah tidak akan rugi.
"Tin, tolong pi foto saya disini," ujarku sembari menyerahkan HP.
Berhubung ada anekdot No Pict, Hoax jadi harus disempatkan cekrek walaupun modelan muka sudah tidak jelas karena begadang. Alhamdulillah kami sampai di Padang sekitar pukul 7. Setelah euforia mendarat, sampailah detik-detik menegangkan menunggu bagasi. Apakah kaca dikoper Mail aman atau tidak?
Daaaaannn... setelah dicek, ternyata aman sentosa. Alhamdulillah.
Tanpa menunggu lama, langsung pesan Maxim menuju STIFARM Padang. Tempat ngajar Pak Nanda -tuan rumah- yang akan menampung kami selama di Padang. 😀. Sebelum bertemu Nanda, kami memutuskan untuk sarapan Ketupat Sayur di salah satu kantin dekat STIFARM.
Beres makan, Nanda pun datang dan mengajak kami untuk cuss ke rumah. Nanda dan Mail membawa koper dengan menggunakan motor, sedangkan saya dan Tina berjalan kaki sekitar 300 meter. Belok di lorong pertama sebelah kanan dari arah STIFARM lalu jalan terus sampai dapat perempatan yang ada warung makan Agung. Nah, depan warung makan itulah kami akan menginap.
Masya Allah, sangat bersyukur dapat tempat nginap gratis dan dekat tempat makan. Dikarenakan belum tidur sejak semalam, begitu sampai langsung tepar. Terbangun saat perut menuntut untuk diisi. Langsung saja, saya merapat di warung makan Agung.
Seporsi nasi ikan pindang menjadi makanan kedua yang saya cicipi di Padang. Dari rasanya yang mantap dan porsinya yang cukup, saya berpikir harganya paling murah 20 ribuan. Ternyataaaa.... 13 ribu saja guys. Dan itu adalah harga rata-rata makanan di Padang untuk skala warung. Sungguh sangat ramah di kantong petualang dengan budget minimal.😂. Ingat ya, ini harga di warung. Kalau restoran beda lagi.
Perut aman, saatnya pulang ke rumah dan mulai menyusun rencana jalan. Prinsip utama saya dalam perjalanan, salah satunya adalah tidak untuk menghabiskan waktu di rumah atau penginapan. Insya Allah selagi masih sehat, mari bertualang.
Terlebih saat safar itu, Allah beri kemudahan dalam shalat. Kalau direnungkan, Shalat kan merupakan ibadah wajib dan yang pertama kali dihisab, sepenting itu kedudukannya, tapi dalam perjalanan kita boleh menggabung (jamak) dan meringkasnya (qashar). Ibaratnya, Allah kasi kita bonus jika melakukan perjalanan.
Sedikit tips dari saya, kalau mau keluar biasanya saya shalat Dzuhur + Ashar dulu jadi insya Allah bisa jalan sampe waktu Isya. Nanti di Isya baru jamak qashar untuk shalat Maghrib dan Isya.
Posted by 




comment 0 Comment
more_vert