MASIGNALPHAS2101
7425642317624470382

Sefruit Tips Memanfaatkan Waktu Transit di Pelabuhan Makassar

Sefruit Tips Memanfaatkan Waktu Transit di Pelabuhan Makassar
Add Comments
Sabtu, 19 Juli 2025

Saat memilih jadwal kapal, salah satu yang jadi perhatian saya adalah estimasi waktu transitnya. Sebisa mungkin pilih yang waktu transit saat matahari masih bersinar. Hal ini agar bisa kabur sejenak dari kapal dan menikmati daerah baru. Terlebih untuk beberapa daerah seperti Makassar yang waktu transitnya sekitar 4-5 jam.  

Di Kota Daeng ada beberapa tempat yang bisa dijadikan alternatif untuk berkunjung saat transit. Pada tahun 2023, saya mengajak ibu dan Dina untuk berkunjung ke Masjid 99 Kubah Makassar. Yang penasaran rute, waktu, dan estimasi biaya bisa dibaca dengan mengklik tautan di atas. 

Tahun 2025, saya kembali mengunjungi Masjid Kubah 99 menemani duo bibi-Mama Kahar dan Mama Anti- plus teman kantor yang ikut cuti, Tina. Pukul 16.00 WITA Alhamdulilah kapal sandar di Pelabuhan Anging Mammiri Makassar. 

Berhubung diriku ingin jalan, ku ajaklah bibi-bibi untuk sejenak menikmati Kota Daeng. Mama Anti sempat tidak ingin ikut karena sakit kepala. Entah karena apa, menjelang turun, beliau memutuskan untuk ikut. Kami keluar melalui garbarata dan masuk ruang tunggu yang mirip bandara. Langsung pesan Maxim dan menunggu depan Indomaret. Seperti biasa jalanan ini macet parah.

Berhubung waktu masih cukup lowong, kami mengunjungi Pantai Losari terlebih dahulu. Bagi yang belum pernah ke sini, jangan berekspektasi menemukan hamparan pasir dan bisa bermain air laut. 

Tempat yang jadi salah satu spot nongkrong warga Makassar ini merupakan ruang terbuka berupa anjungan. Dari segala sudutnya, pengunjung akan disuguhkan panorama laut bersanding dengan Masjid 99 Makassar. Beberapa tahun terakhir, anjungan ini juga menjadi tempat bersandar Kapal Phinisi yang bisa disewa.

Pada sore hingga malam hari, di kawasan ini berjejer penjual Pisang Epe. Panganan pisang khas Makassar dimana pisang kepok disajikan dengan gula merah encer dan beragam pilihan topping. Pasangan serasi bagi pisang epe adalah Sarabba. Minuman rempah-rempah dengan campuran gula merah dan susu. 

Sayangnya , saat kami datang, Pantai Losari masih sepi. Kami juga tidak cukup waktu untuk menunggu. Walhasil, kami lanjut ke Center Point of Indonesia (CPI). Menuju Titik Tengah Indonesia ini kami sempat terjebak macet di beberap titik. Maklum, CPI jadi sentra baru untuk jogging maupun sekedar nongkrong.

Di kawasan ini, ada banyak spot fotogenik diantaranya globe sebagai penanda Titik Pusat. Ada pula rumah adat Tongkonan khas Toraja,  Jembatan CPI, Jembatan Phinisi, dll. 

Dari CPI kami lanjut jalan kaki sekitar 300 m sembari menikmati sunset dan hiruk pikuk warga Kota Daeng. Di sini perasaan sudah mulai was-was melihat kemacetan disekitar Masjid Kubah 99. Yang tadinya niat untuk shalat Maghrib, jadi memutuskan untuk sekedar melihat-lihat sekilas. Agak riskan jika menunggu shalat berjamaah.

Saya pun mengantar rombongan sampai ke pelataran dan masuk sebentar. Bahkan untuk shalat tahiyyatul masjid pun tidak sempat. Terlebih kami kesusahan menemukan tempat wudhu dan toilet. Kami datang bersamaan dengan kajian baru saja usai sehingga suasana sangat ramai. Makin-makinlah kami harus segera mengupayakan untuk pulang lebih cepat. Takutnya semakin malam semakin padat.

Tepat adzan berbunyi kami juga melangkah keluar. Sungguh tidak nyaman tapi mau bagaimana lagi. Kondisi seperti ini bikin was-was dalam perjalanan. Takut kenapa-kenapa sebelum sempat menunaikan shalat. 

Oh ya, di sini saya meng highlight kejadian penting dimana Duo Bibi berulangkali mengucapkan terima kasih sudah diajak ke Masjid Kubah 99. Mereka bahkan menitikkan air mata karena untuk pertama kalinya mengunjungi mesjid se megah ini. 

Sesuatu yang saya anggap sepele, ternyata berarti besar bagi mereka. Keduanya juga menyempatkan berfoto bersama wisatawan asing. Tolong jang langsung men-judge orang ingin berfoto dengan bule sebagai kampungan. Ini hanyalah bentuk kagum pada sesuatu yang jarang mereka lihat.

 

Alhamdulillah sekitar pukul 19.00 kami sudah sampai kembali di Pelabuhan Anging Mammiri. Bergabung bersama penumpang lainnya. Bagi penumpang lanjutan, ada jalur khusus sehingga tidak harus antri bersama penumpang baru.

Kapal kembali berlayar sesuai jadwal yang ditentukan. Meski sedikit mengalami pemunduran waktu. Namun, mundur yang masih bisa ditolerir. Kapal sedikit bergoyang saat meninggalkan pelabuhan. Tapi tidak perlu khawatir. Salah satu afirmasi yang saya terapkan adalah "kapal ini sudah berlayar ratusan kali dengan rute yang orang-orang tempuh lebih lama. So, kalaupun Qadarullah ada apa-apa berarti memang sudah ketentuannya."

Waktu di kapal diisi dengan membaca, cerita-cerita, foto-foto, susun itinerary, kalau bisa online ya online, shalat, antri makan, kenalan dengan orang-orang baru, sunset an, bikin konten. Yaaaahhh, pokoknya cari asyiknya lah. Ingat, kunci naik Pelni "mari kita usahakan bahagia itu".